Tahun Ini Bisa Mudik, Dokter: Tetap Hati-Hati, Pandemi Belum Selesai

Masyarakat diminta tetap menjaga prokes selama mudik karena pandemi belum berakhir.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Penumpang berada di dalam bus di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Rabu (27/4/2022). Terminal Cicaheum Kota Bandung menyediakan sedikitnya 156 armada bus untuk melayani pemudik pada masa Lebaran 2022. Sementara itu, puncak arus mudik di terminal tersebut diperkirakan akan terjadi pada 29-30 April mendatang. Foto: Republika/Abdan Syakura
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Program Studi Sp KKLP Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/Kepala UPT Klinik Satelit UI Makara dokter Dhanasari Vidiawati memperingatkan, masyarakat tetap hati-hati ketika mudik. Sebab, pandemi Covid-19 belum berakhir.

Baca Juga


"Kita harus hati-hati karena belum selesai dengan Covid-19," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema  Silaturahmi Sehat, Lebaran Penuh Berkat, Rabu (27/4/2022).

Ia menyadari, pemerintah tahun ini memperbolehkan bertemu dengan keluarga setelah 2 tahun terakhir dilarang mudik, bahkan kini ada beberapa yang mempersiapkannya. Padahal, dia melanjutkan, ketika pulang kampung, pemudik berhari-hari melakukan perjalanan dan bertemu dengan teman dan saudara termasuk handai taulan yang sudah lama tidak bertemu.  Kadangkala pemudik sulit menjaga perasaan. 

"Tetapi pemudik tetap diwajibkan menjaga kesehatannya," ujarnya. 

Ia mengimbau pemudik jangan sakit. Salah satu caranya yakni pemudik pilih makanan yang sehat dan tidak mengakibatkan risiko kesehatan. Sebab, ini bisa membahayakan apalagi jika mempunyai penyakit penyerta (komorbid). Kemudian, ia mengimbau saat malam hari minum air lebih banyak dari malam hari biasanya. Jangan lupa jam tidur harus cukup. 

"Terkait penyebaran Covid-19, tentu saja masyarakat yang mudik harus mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap termasuk vaksin penguat (booster). Kemudian, selalu pakai masker saat bertemu dengan orang lain hingga menjaga jarak," katanya. 

Kendati demikian, ia menyadari upaya ini sulit dilakukan jika mudik menggunakan kendaraan umum karena tak bisa menjaga jarak. Oleh karena itu, ia mengimbau calon pemudik ikuti arahan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yaitu menggunakan masker dobel dua lapis yaitu masker medis di dalam dan masker kain ada di luar. 

"Jangan lepas masker ini," ujarnya.

Kemudian ketika berbuka puasa saat mudik, ia merekomendasikan pemudik yang berbuka saat di perjalanan sebelumnya bisa membawa sedotan. Jadi, pemudik cukup sedikit membuka masker untuk minum dengan sedotam. 

Selain itu, pemudik harus menjauhi orang lain dengan jarak hingga 1,5 meter. Lebih lanjut Dhanasari merekomendasikan pemudik sedikit paranoid karena tidak menutup kemungkinan orang lain yang ada di satu gerbong atau moda transportasi dengannya adalah orang tanpa gejala (OTG).

 Apalagi, dia melanjutkan, sekarang penumpang transportasi umum tidak diwajibkan lagi untuk periksa swab antigen atau polymerase chain reaction (PCR). Dia melanjutkan, ada kemungkinan OTG ada bersama pemudik. 

"Sehingga, kita harus berjaga-jaga menggunakan masker. Karena masker sangat bermanfaat," katanya.

Selain itu, ia merekomendasikan pemudik tetap sering cuci tangan. Kemudian jangan cium pipi kanan (cipika) dan cium pipi kiri (cipiki) dengan orang lain untuk mencegah penularan virus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler