Pelaku Pariwisata Protes Aturan Baru Thailand

Aturan baru dinilai menahan pemulihan di industri Pariwisata Thailand.

EPA-EFE/DIEGO AZUBEL
Orang-orang berjalan di jembatan di Bangkok, Thailand, 29 Oktober 2020. Para pelaku di bidang pariwisata dan wisatawan asing merasa sulit dengan aturan masuk ke Thailand.
Rep: Dwina agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Para pelaku di bidang pariwisata dan wisatawan asing merasa sulit dengan aturan masuk ke Thailand. Bahkan, aturan baru yang diberlakukan dinilai menahan pemulihan di industri yang menyumbang 12 persen dari PDB sebelum pandemi.

Baca Juga


Pemesanan wisata 2022 menunjukkan Thailand hanya mencapai 25 persen dari tingkat pra pandemi. Jumlah ini berada di belakang Singapura dengan 72 persen dan Filipina sebesar 65 persen.

Banyak yang menyalahkan sistem persetujuan pra-masuk Thailand Pass yang bisa memakan waktu hingga tujuh hari. Pemerintah pun baru-baru ini berjanji untuk merampingkannya.

"Kalau di Singapura dan ingin datang ke Thailand untuk akhir pekan, itu tidak mudah. Perjalanan jangka pendek itu penting," kata direktur pelaksana konsultan perhotelan C9 Hotelworks Bill Barnett.

Kiran Stallone dari Amerika Serikat yang mengunjungi keluarga di Thailand mengatakan, untuk mendapatkan Thailand Pass diperlukan bukti vaksinasi, pertanggungan asuransi minimal 20.000 dolar AS dan reservasi di hotel yang memenuhi syarat. Semua syarat itu harus diajukan di situs web pemerintah Thailand.

"Situs web pemerintah sulit dinavigasi, dan saya harus mencari bantuan dari luar," tambah Stallone.

Stallone mengatakan diberitahu untuk menghindari beberapa langkah yang diketahui menyebabkan gangguan pengiriman yang akan menunda aplikasinya. Situs web tidak mengizinkan pengguna untuk menyimpan proses yang sudah dilakukan atau kembali ke halaman sebelumnya dan menolak file PDF.

Grup Facebook di Thailand Pass telah membengkak menjadi 90.000 anggota. Banyak calon pengunjung mengajukan pertanyaan cemas tentang perubahan penerbangan, aturan masuk baru, dan beberapa melampiaskan frustrasi atas aplikasi yang ditolak. Forum serupa juga muncul di situs-situs seperti TripAdvisor.

Thailand menerima 39,9 juta pengunjung pada 2019 ketika Bangkok, ibu kotanya, dinobatkan sebagai kota yang paling banyak dikunjungi di dunia. Tahun itu, Singapura dan Filipina masing-masing mencatat 19,1 juta dan 8,26 juta kedatangan.

Thailand bertujuan untuk menarik lima juta hingga 10 juta pengunjung tahun ini. Namun, para kritikus menyebut sistem Thailand Pass sebagai hambatan yang tidak perlu.

Thailand Pass yang disetujui hanya dapat digunakan satu minggu sebelum atau setelah tanggal yang ditentukan. "Ini tidak kompetitif untuk Thailand dan rumit bagi para pengunjung ... yang kehilangan semua fleksibilitas," ujar taipan hotel dan ketua Minor International Pcl William Heinecke.

Dewan pariwisata juga mengatakan persyaratan sistem untuk dokumentasi yang diajukan secara individual membuat lebih sulit bagi operator tur untuk membawa rombongan.

Juru bicara satuan tugas virus korona Thailand Taweesin Visanuyothin mengatakan, kedatangan turis telah meningkat ketika langkah-langkah dilonggarkan. Infeksi domestik yang saat ini menyumbang lebih banyak kasus dari luar negeri. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler