Bagaimana Pemerintah Tampak Luput Mengantisipasi Dini Kemacetan di Pelabuhan Merak
Pengelola Pelabuhan Bakauheni Lampung diharap lebih antisipasi arus balik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antrean arus mudik di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten akhirnya terurai perlahan-lahan. Pemerintah menyatakan Pelabuhan Merak sudah mencapai puncak arus mudiknya kemarin sore. Setelah sebelumnya dilanda kemacetan parah bahkan sebelum memasuki area pelabuhan yang akan menyeberangkan pemudik dari Jawa ke Sumatra ini.
Kisruh pengaturan arus mudik di Merak ini terlihat kurang diantisipasi oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengelola Pelabuhan Merak. Dalam beberapa pernyataan menteri maupun pengelola pelabuhan mengatakan tidak menyangka bahwa warga yang akan menyeberang ke Sumatra begitu banyak dan datang pada waktu yang bersamaan. Membuat arus lalu lintas yang ingin masuk ke pelabuhan dan arus antrean yang akan masuk kapal menjadi benar-benar tersendat.
Kepada pers, Sabtu, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Pelabuhan Merak sudah mencapai puncak mudik menyusul perhitungan arus kendaraan yang menyerang terus menurun. Puncak mudik di Merak terjadi pada Jumat (29/4) makam, ketika kendaraan yang ingin menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, mencapai 37 ribu unit. Jumlah ini, kata Muhadjir, 30 persen lebih tinggi dibandingkan puncak mudik di Merak pada 2019.
"Sudah terjadi penurunan. Penangangan pemudik sudah lebih longgar," kata Muhadjir di Kantor ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak, Cilegon, Banten, Sabtu sore. Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang meninjau langsung Merak mengatakan bahwa pemerintah membuka tambahan tiga dermaga dan menambah 11 kapal untuk menyeberangkan pemudik ke Sumatra.
Dalam berbagai penyataan pers nya beberapa hari sebelum akhir pekan ini, pemerintah memang terlihat lebih fokus mengurusi pemudik dari wilayah barat ke wilayah timur Jawa. Pernyataan pernyataan menteri, kepala Polri, dan pejabat BUMN jalan tol lainnya menekankan pada pengelolaan arus mudik di Cikarang Utama, Cikampek, dan Trans Jawa yang menghubungkan Jawa Barat-Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemerintah menerapkan rekayasan one way, contra flow, hingga ganjil genap bagi pemudik yang mengarah ke Jateng. Para pemudik dari barat ke timur itu terus diimbau untuk berangkat lebih awal agar mengantisipasi kemacetan parah di jalur tol maupun di jalur ke luar tol. Pemudik juga diminta tidak berlama-lama untuk beristirahat di rest area karena bisa menyumbat arus lalin utama.
Memang imbauan ini bisa dikatakan berhasil. Walaupun terjadi kemacetan cukup panjang dan lama. Tetapi tidak ada situasi krisis kemacetan yang gawat terjadi di Trans Jawa. Kalaupun ada itu adalah situasi bagi para pemudik yang ingin masuk tol dari timur ke barat yang kesal karena ditutup untuk one way. Kekhawatiran bahwa mudik tahun ini bisa menyamai krisis arus kendaraan saat libur panjang Brexit 1 maupun Brexit 2 beberapa tahun lalu, tidak terjadi. Ketika itu, kendaraan sempat berhenti total puluhan jam di jalan tol akibat situasi pengaturan pintu keluar tol dan arus lalin di sekitarnya tidak mengantisipasi lonjakan arus lalin.
Namun dengan fokus pemerintah yang lebih mengatur ke Trans Jawa, tampaknya ini membuat fokus antisipasi arus mudik di Merak agak longgar. Padahal krisis arus lalin masuk di Merak sudah terjadi sejak Rabu. Ketika mobil harus mengantre lebih dari delapan jam hanya untuk masuk ke pelabuhan. Kemudian di pelabuhan pun harus menunggu berjam-jam untuk bisa menyeberang ke Bakauheni.
Seandainya pemerintah ikut memperhitungkan Pelabuhan Merak sebagai titik krusial, seharusnya situasi kemacetan tidak terjadi terlalu parah. Ada dua hal yang disorot terkait kemacetan di Merak kemarin, yakni kelambatan antisipasi arus masuk pelabuhan, sempat rusaknya aplikasi pembelian tiket online pelabuhan, hingga pada pengoperasian dermaga yang terbatas dan pengoperasian kapal yang terbatas. Tiga hal terakhir harusnya bisa diprediksi diantisipasi dini oleh pengelola pelabuhan merak dan Kemenhub. Tanpa harus menunggu pemudik macet berjam-jam sejak Kamis kemarin.
Apakah persoalan Pelabuhan Merak akan berhenti sampai di sini? Tentu tidak. Potensi 'horor' kemacetan lainnya akan terjadi di sisi Pelabuhan Bakauheni. Kini giliran pengelola Pelabuhan Bakauheni harus belajar dari situasi Pelabuhan Merak untuk mencegah situasi serupa terjadi arus balik pekan depan.