IDAI Investigasi Laporan Kasus Dugaan Hepatitis Akut Misterius di Jakarta dan Daerah Lain

Laporan penambahan kasus dugaan hepatitis akut misterius bertambah.

republika/ yogi ardhi
Anak sakit demam (ilustrasi). Sebagian besar kasus hepatitis misterius pada anak tidak ditemukan gejala demam.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gastrohepatologi anak Prof Hanifah Oswari mengungkapkan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tengah menyelidiki lebih lanjut laporan kasus hepatitis akut misterius pada anak. Laporan kasusnya mengalami peningkatan, namun belum terkonfirmasi sebagai hepatitis akut atau bukan.

"Saat ini ada laporan penambahan kasusnya dari Jakarta dan luar kota," kata Prof Hanifah dalam konferensi pers secara daring, Kamis (5/5/2022).

Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kejadian luar biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.

Baca Juga


Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia. Kasus kematian itu terjadi dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022.

Prof Hanifah menjelaskan, tiga pasien hepatitis misterius akut di RSCM sudah datang dalam kondisi sangat berat. Oleh karenanya, ketiganya tidak tertolong.

Saat ini, Kementerian Kesehatan sudah turun melakukan penyelidikan epidemiologi. Prof Hanifah pun enggan memberikan keterangan lebih rinci terkait penyelidikan tersebut.

"Kemenkes yang akan menyampaikan hasilnya," ujar Prof Hanifah yang juga Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gejala yang ditemukan pada ketiga pasien cilik tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran. Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasikan bahwa dugaan tiga kasus hepatitis misterius pertama di Indonesia datang dalam kondisi stadium lanjut sehingga hanya sedikit waktu yang bisa dilakukan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan.

"Tiga kasus usia dua tahun, belum vaksin (Covid-19), lalu usia delapan tahun tahun dan baru vaksin sekali, dan 11 tahun sudah vaksin. Semua negatif Covid-19," ungkap Nadia.

Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus hepatitis misterius pada anak terus bertambah. Tercatat, lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan hingga lima tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.

Kisaran kasus terjadi pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan satu kasus dilaporkan meninggal.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi hepatitis akut adalah peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri perut, diare, dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Baca juga : Pemerintah Masih Telusuri Kontak Kasus Hepatitis Akut Misterius

Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F tipe 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler