Meski Bisa Sebabkan Kematian, Hepatitis Akut Bisa Sembuh Total
Adenovirus banyak terdapat di makanan jorok di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mencatat tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo (RSCM), Jakarta, dengan dugaan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya kemudian meninggal dunia. Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Irsan Hasan mengatakan, hepatitis akut misterius bisa sembuh total karena penyebab virus ini yaitu Adenovirus 41 sebenarnya tidak bersifat kronis.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (IPD) ini menjelaskan, kasus hepatitis dibagi menjadi beberapa tingkat. Yaitu, ringan, bahkan sakitnya tidak diketahui. Kemudian, hepatitis bisa juga bersifat sedang dengan gejala kuning, begah, mual, hingga mata kuning. Terakhir, kasus hepatitis bisa menjadi berat atau fulminan yang berlanjut sebagai gagal hati yang artinya livernya tidak berfungsi.
"Kalau hati atau liver tidak berfungsi maka satu-satunya cara pengobatan terbaiknya adalah cangkok liver atau hati (atau bisa menyebabkan kematian)," ujar Irsan saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (6/5/2022).
Sementara di kasus hepatitis akut, dia menambahkan, bisa sembuh 100 persen. Ia menyebutkan data dari Inggris bahwa dari sekitar 170 kasus hepatitis akut, sekitar 10 persen di antaranya atau 17 kasus menjalani cangkok hati. Artinya, ia menyontohkan jika ada 100 kasus hepatitis akut, sekitar 10 persen diantaranya mengalami kondisi memburuk dan selebihnya sembuh 100 persen.
Dia menambahkan, penderita hepatitis akut yang sembuh total tidak perlu meminum obat dalam jangka panjang seumur hidup seperti hepatitis B. Alasannya, dia menambahkan, hepatitis akut disebabkan oleh Adenovirus 40-41 yang bisa sembuh total, tidak bersifat kronis.
"Actually kita semua pasti pernah kemasukan Adenovirus yang banyak terdapat di makanan jorok di Indonesia. Hanya saja sistem imun kita kan berhasil melawan," katanya.
Dia menambahkan, Adenovirus yang menginfeksi kemudian sembuh juga tidak bersifat dorman atau nonaktif yang menginfeksi lagi ketika kekebalan tubuh turun. Oleh karena itu, ia dan tenaga kesehatan bertanya-tanya kenapa Adenovirus yang mudah dilawan oleh tubuh kemudian bisa membuat gejala menjadi separah ini. Sebab, sebelumnya tidak ada cerita masalah ini dan semua pihak bingung.
Lebih lanjut ia menjelaskan, hepatitis merupakan radang hati yang menyerang organ tubuh hati. Irsan menyebutkan, kasus hepatitis banyak terjadi di Indonesia, khususnya hepatitis A dan B. Ia menyebutkan sekitar 18 juta orang Indonesia diperkirakan menderita penyakut ini. Kemudian, hepatitis akut disebut misterius karena belum diketahui penyebab pastinya apa dan belum diketahui penularannya bagaimana.
"Jadi, kenapa anak-anak itu bisa tertular hepatitis akut masih misteri. Tahu-tahu hatinya sudah rusak," katanya.
Terkait vaksin untuk melindungi di dari hepatitis akut, Irsan mengaku belum tersedia. Ia menambahkan, penyebab penyakit ini saja belum pasti.
Seperti diketahui, sejak secara resmi dipublikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh organisasi kesehatan dunia PBB (WHO), jumlah laporan hepatitis akut terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.
Sebelumnya, WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.
Satu kasus di antaranya dilaporkan meninggal. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium diluar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.