Manusia Awalnya Lemah Lalu Jadi Pembangkang
Alquran menerangkan bahwa manusia awalnya lemah lalu menjadi pembangkang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menerangkan bahwa manusia awalnya lemah, bahkan untuk makan dan minum bergantung kepada bantuan orang lain. Kemudian manusia menjadi dewasa dan dapat berpikir sempurna.
Akan tetapi, setelah tumbuh menjadi dewasa dan perkasa, mereka lupa bahwa dulu dirinya sangat lemah. Selanjutnya mereka menjadi pembangkang terhadap Tuhan yang menciptakan mereka, sekaligus mereka mumusuhi Rasul-Nya. Hal ini dijelaskan dalam surah An-Nahl Ayat 4 dan tafsirnya.
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
Dia telah menciptakan manusia dari mani, ternyata dia menjadi pembantah yang nyata. (QS An-Nahl: 4)
Ayat ini mengandung arti, Dia Yang Maha Esa dan Maha Kuasa telah menciptakan manusia dari setetes mani yang secara lahiriah tampak remeh, tidak berarti, dan tidak berdaya. Ternyata dia (mani) berubah menjadi manusia yang kuat dan tangguh, bahkan dia berubah menjadi pembantah yang nyata tentang Tuhan dan hakikat dirinya.
Tafsir Kementerian Agama menjelaskan, ayat ini mengandung arti bahwa Allah menjelaskan proses kejadian diri manusia, Dia menciptakan manusia dari nuthfah. Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari air yang lemah.
Kejadian itu melalui proses perkembangan. Di dalam kandungan, mani berubah menjadi 'alaqah (sesuatu yang menggantung di dinding rahim), kemudian menjadi gumpalan daging. Setelah mengalami jangka waktu empat bulan mulai terwujud janin yang sempurna, dan setelah sembilan bulan kejadian, bayi itu dikeluarkan dari kandungan ibunya ke alam dunia.
Setelah itu, bayi masih memerlukan bantuan dan perawatan ibunya untuk disusui, dirawat, dan dididik sampai dewasa dan dapat berpikir secara sempurna.
Manusia yang mengalami proses penciptaan yang rumit dan bertahap, dari makhluk yang lemah menjadi yang perkasa ini, tiba-tiba mengingkari Keesaan penciptanya dan terjadinya hari kebangkitan, serta memusuhi para Rasul Allah, padahal manusia diciptakan hanya sebagai hamba.
Manusia bahkan melupakan asal kejadiannya bahwa ia diciptakan dari setetes air yang tidak mempunyai kemampuan sedikit pun.
Mereka berkata dengan terus-terang, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah ini.
"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), 'Hidup hanyalah di dunia ini, dan kita tidak akan dibangkitkan'." (QS Al-An'am: 29)
Mereka juga mengingkari kebangkitan kembali manusia setelah mati dan menjadi tulang-belulang. Firman Allah: Dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (QS Yasin: 78)