Hingga Desember 2021, WHO Catat 14,9 Juta Kematian Akibat Covid-19 di Dunia

Angka kematian Covid-19 tebesar berada di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Serikat.

Ashlee Rezin Garcia/Chicago Sun-Times via AP
Angka kematian Covid-19 tebesar berada di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Serikat.
Rep: Desy Susilawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah kematian penuh yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pandemi Covid-19 di dunia antara Januari 2020 hingga Desember 2021 adalah sekitar 14,9 juta. Hal tersebut diungkapkan Kamis (5/5/2022) lalu.

Baca Juga


Para ilmuwan mengatakan ada antara 13,3 juta dan 16,6 juta kematian baik yang disebabkan langsung oleh virus corona atau dikaitkan dengan dampak pandemi pada sistem kesehatan selama waktu itu. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat jumlah kematian resmi Universitas Johns Hopkins lebih dari 6 juta, dengan mayoritas kematian berlebih berdasarkan data sebelumnya di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika.

"Sebagian besar kelebihan kematian (84 persen ) terkonsentrasi di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Serikat. Sekitar 68 persen dari kelebihan kematian terkonsentrasi hanya di 10 negara secara global," ujar agnseu tersebut seperti dilansir dari laman Fox News, Senin (9/5/2022).

Negara-negara berpenghasilan menengah menyumbang 81 persen dari 14,9 juta kelebihan kematian selama periode 24 bulan, dengan negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah masing-masing menyumbang 15 persen dan 4 persen.

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti Kanada memperkirakan bahwa ada lebih dari 3 juta kematian akibat virus corona yang tidak terhitung di India saja, sedangkan analisis baru WHO memperkirakan bahwa kematian yang tidak terjawab di India berkisar antara 3,3 juta hingga 6,5 ​​juta.

Perkiraan untuk periode dua tahun mengkonfirmasi bahwa angka kematian global lebih tinggi untuk pria daripada wanita dan lebih tinggi di antara orang dewasa yang lebih tua. Perkiraan tersebut merupakan hasil kolaborasi global yang didukung oleh kerja Kelompok Penasihat Teknis untuk Penilaian Kematian Covid 19 dan konsultasi negara.

Sementara banyak negara masih kekurangan kapasitas untuk surveilans kematian yang dapat diandalkan, dengan menggunakan metodologi yang tersedia untuk umum, WHO mengatakan negara-negara dapat menggunakan data mereka sendiri untuk menghasilkan atau memperbarui perkiraan mereka.

"Data yang serius ini tidak hanya menunjukkan dampak pandemi tapi juga kebutuhan semua negara untuk berinvestasi dalam sistem kesehatan yang lebih tangguh yang dapat mempertahankan layanan kesehatan penting selama krisis, termasuk sistem informasi kesehatan yang lebih kuat," ujar direktur jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO berkomitmen untuk bekerja dengan semua negara untuk memperkuat sistem informasi kesehatan mereka guna menghasilkan data yang lebih baik untuk keputusan yang lebih baik dan hasil yang lebih baik. WHO mengatakan belum dapat membedakan antara kematian langsung akibat Covid 19 dan lainnya yang disebabkan oleh pandemi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler