Masyarakat Jabar Diimbau tidak Panik Hadapi Hepatitis Akut
Hal tersebut menyikapi laporan adanya suspect hepatitis akut di Jabar.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Jawa Barat (Jabar), Yayat Hidayat menghimbau agar masyarakat tidak panik menyikapi penyebaran penyakit hepatitis akut di Jabar. Hal tersebut disampaikan menyikapi laporan adanya suspect hepatitis akut di Jawa Barat.
"Masyarakat tidak perlu panik, namun tetap harus waspada dengan menjaga protokol kesehatan," ujar Yayat, Jumat (13/5/2022).
Seperti disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, selain di Jabar, hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya juga terdeteksi di DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Bangka Belitung. Bahkan, lima orang pasien dilaporkan meninggal dunia di DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.
Yayat menilai masyarakat panik, maka akan menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban. Sehingga, akan berdampak pada jalannya pemerintahan, termasuk upaya pemerintah menangani penyebaran hepatitis akut.
Di sisi lain, kata Yayat, pemerintah daerah diharapkan mempersiapkan mitigasi menghadapi penyebaran hepatitis akut. Upaya ini penting dilakukan memetakan penyebaran penyakit ini, sekaligus memberikan kepastian dan jaminan keamanan masyarakat terhadap ancaman penyakit ini.
"Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas harus dilakukan sedini mungkin untuk menciptakan kewaspadaan dini sekaligus memberikan rasa aman kepada masyarakat," kata Yayat.
Selain itu, Yayat berharap berbagai elemen masyarakat dapat terlibat aktif dalam mendeteksi penyebaran penyakit ini. "Masyarakat harus pro aktif menjaga lingkungan sekitar, dan segera melaporkan jika ada indikasi yang terkena Hepatitis akut di lingkungannya. Sehingga pemerintah daerah dapat segera merespon dan mengambil langkah-langkah penanganannya," kata Yayat.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap hepatitis akut yang tidak diketahu etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology) yang menyerang anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada 15 April 2022.