Tren Kasus Covid-19 Harian Rendah, Indonesia Masuk Transisi Endemi?
Perlu kajian matang untuk tetapkan status endemi Covid-19 di Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kasus Covid-19 Indonesia masih dalam tren yang rendah. Dari data Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 penambahan kasus konfirmasi pada Senin (16/5/2022) sebanyak 182 orang. Ini lebih rendah dari hari sebelumnya 257 orang. Sehingga total kasus konfirmasi di Indonesia menjadi 6.050.958
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban, berharap tren positif penurunan kasus Covid-19 ini terus berlanjut.
Perihal kekhawatiran meningkatnya kasus pascalibur lebaran, menurut Zubairi tidak akan terlalu signifikan. "Semoga berkelanjutan dan makin baik: positivity rate pekanan Jakarta 1,3 persen dan Indonesia 1,6 persen," kata Zubairi dalam keterangan tertulisnya, Senin. "Perihal dampak Efek mudik? Kita lihat pekan depan. Saya optimistis tidak akan signifikan asal tetap prokes," sambung Zubairi.
Dikonfirmasi terpisah, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai Indonesia sudah masuk fase transisi pandemi Covid-19. Menurut Dicky, sudah saatnya Indonesia menyiapkan fase recovery atau pemulihan. "Dan tahapan sebelum ke arah akhir dari pandemi ini membutuhkan fase transisi. Indonesia sudah masuk fase itu," kata Dicky saat dikonfirmasi, Senin.
Dicky menjelaskan, fase deselerasi telah dilalui Indonesia ditandai dengan tren penurunan kasus yang disertai perbaikan imunitas dari vaksinasi dan respons lainnya.
Meskipun, sambung Dicky, ancaman pandemi belum berhenti dengan kehadiran sub varian di bawah Omicron, di antaranya BA.4, BA.5 bahkan BA.12 yang telah mendominasi di beberapa kawasan, dan juga berpotensi masuk ke Indonesia.
"Sehingga, respons yang harus dilakukan tetap tidak boleh berubah, meskipun kekuatannya ataupun intensitas bisa menurun di beberapa wilayah yang sudah membaik kondisinya," kata Dicky.
Sementara itu, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan situasi akan terkendali bila kasus Covid-19 sudah melandai, kematian sudah ditekan, positivity rate sudah rendah dan reproductive number sudah di bawah satu dalam beberapa bulan ke depan.
Menurutnya, status endemi pun dapat dicapai ketika angka-angka tersebut bisa tetap landai dalam beberapa bulan dan tidak ada varian baru. "Kalau angka-angka dapat tetap landai beberapa bulan dan juga kalau tidak ada varian baru," ujar Tjandra.
Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat
Namun, sambung dia, status endemi secara global sebenarnya belum bisa dipastikan kapan akan terjadi. Untuk mencapai status endemi terdapat 3 skenario, yakni, base scenario, best scenario, dan worst scenario.
"Skenario ini tergantung apa yang akan terjadi di waktu mendatang," kata dia. Saat ini, tambah Tjandra, strategi yang bisa dilakukan agar status endemi segera tercapai adalah public health and social measure, test, trace and treat (3T), dan vaksinasi.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah kasus aktif pada Senin (16/5) menurun 87 orang menjadi 4.697 kasus. Untuk kasus sembuh juga bertambah sebanyak 263 orang yang menyumbang ke total kesembuhan menjadi 5.889.797
Sementara kasus kematian bertambah 6 orang. Ini membuat total warga meninggal akibat terinfeksi dari awal pandemi menjadi 156.464 orang.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei nasional yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 5 sampai 10 Mei 2022 mendapatkan temuan bahwa, sekitar 69 persen responden setuju apabila status pandemi Covid-19 diturunkan menjadi endemi. Sedangkan 8,5 persen responden menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan empat alasan utama responden setuju pandemi diturunkan menjadi endemi ialah, penyebaran kasus Covid-19 sudah terkendali (26,8 persen), sebagai warga sudah dua kali vaksin (19,9 persen), agar perekonomian kembali berputar (19,6 persen), dan Covid-19 sudah dianggap seperti flu biasa (8,4 persen).
"Sebanyak 91 persen warga setuju ada pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat. Sebagai besar setuju juga pandemi diturunkan jadi endemi, 69 persen setuju, yang tidak setuju hanya 8 persen sedangkan yang tidak tahu 22 persen mungkin karena tidak paham istilah," kata Burhanuddin dalam Rilis Hasil Survei Indikator Politik Indonesia secara daring, Ahad (15/5/2022).
Perihal dengan kinerja pemerintah dalam penanganan arus mudik lebaran lalu, sebanyak 73.8 persen warga puas terhadap kinerja pemerintah dalam menangani arus mudik Lebaran tahun ini.
Masih berdasarkan survei terkait kinerja Pemerintah dalam menangani arus mudik, 77,5 persen responden menilai kepolisian sangat/cukup berperan dalam mengatur kelancaran arus mudik tahun ini.
Hadir dalam kesempatan yang sama, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Pandu Riono mengatakan, pihaknya telah memberikan masukan ke pemerintah agar tak lagi terfokus pada pembatasan pergerakan kegiatan masyarakat atau PPKM. "Jadi lepas saja. PPKM tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang," kata Pandu.
Karena, berdasarkan data pergerakan masyarakat yang luar biasa sejak Januari sampai 5 Mei kemarin, dan kekhawatiran kenaikan kasus tidak terjadi. Pun demikian pada kondisi gelombang omicron yang tidak setinggi pada saat serangan delta tahun lalu. "Mengapa? Karena kita sudah berhasil mendorong pemerintah untuk fokus meningkatkan imunitas penduduk," kata Pandu.
Baca juga: Amalan Sunnah yang akan Didoakan Puluhan Ribu Malaikat
Kementerian Kesehatan dinilai mampu dengan konsisten melakukan prioritas vaksinasi pada kelompok rentan dan wilayah aglomerasi. Kerjasama masyarakat dalam pelaksanaan vaksinasi juga menjadi faktor terkendalinya kasus saat ini.
"Sampai sekarang angka reproduksi efektif meski ada kenaikan karena mudik kemarin tetapi tetap di bawah satu artinya tidak ada kenaikan lonjakan berarti pada pekan-pekan mendatang," ujarnya.