Apakah Anak Terkena Hepatitis Misterius? Ini Cara Mengetahuinya
Kasus hepatitis misterius telah terdeteksi di lebih dari 25 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus hepatitis misterius kini telah terdeteksi di lebih dari 25 negara, dengan jumlah kasus mencapai sekitar 450 kasus per 11 Mei 2022. Ada beberapa tanda yang perlu diketahui orang tua agar dapat mengenali hepatitis misterius pada anak.
Di Amerika Serikat, lebih dari 90 persen kasus hepatitis misterius membutuhkan perawatan di rumah sakit. Sebanyak 14 persen pasien membutuhkan transplantasi hati. Di antara para pasien, tak ada satu pun yang dirawat akibat infeksi SARS-CoV-2.
Hepatitis pada dasarnya merupakan inflamasi atau peradangan pada hati. Inflamasi ini bisa membuat kinerja hati menjadi terganggu. Kasus hepatitis yang menyerang anak belakangan ini disebut misterius karena penyebabnya belum diketahui.
Associate professor of surgery dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai dr Joseph DiNorcia mengatakan, kasus hepatitis misterius ini masih sangat jarang terjadi. Kasus hepatitis misterius yang berat pun terbilang sangat langka.
Meski begitu, orang tua tetap perlu bersikap siaga dengan cara mewaspadai beberapa gejala hepatitis misterius. Berikut ini adalah enam gejala di antaranya:
1. Demam
2. Lelah
3. Gejala pencernaan seperti kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan nyeri perut
4. Sakit kuning (jaundice), di mana kulit atau bagian putih mata tampak kuning
5. Urine berwarna gelap atau feses berwarna terang
6. Nyeri otot dan sendi
Bila menemukan gejala ini, dr DiNorcia menganjurkan agar orang tua segera membawa anak mereka ke rumah sakit untuk segera mendapatkan perawatan medis. Bila pemeriksaan menunjukkan adanya peningkatan enzim hati dan fungsi hati abnormal, anak mungkin akan menjalani tes darah untuk deteksi hepatitis.
Meski penyebab pastinya belum diketahui, para ahli memiliki beberapa hipotesis terkait penyebab hepatitis misterius. Salah satu hipotesis yang mendapatkan perhatian besar adalah hepatitis misterius disebabkan oleh infeksi adenovirus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengungkapkan bahwa ada banyak pasien hepatitis misterius yang terbukti positif terkena infeksi adenovirus.
Infeksi adenovirus bisa memicu beragam gejala seperti flu, mulai dari sakit tenggorokan, demam, nyeri perut, mual, diare, konjungtivitis, bronkitis, atau infeksi kandung kemih pada beberapa kasus. Menurut ahli, infeksi adenovirus bisa terjadi akibat kontak personal.
Hingga saat ini, menurut dr DiNorcia, belum ada bukti bahwa kasus hepatitis misterius berkaitan dengan pandemi Covid-19. Peneliti juga belum menemukan adanya kasus infeksi Covid-19 aktif pada pasien hepatitis misterius.
"Mungkin riwayat infeksi Covid-19 sebelumnya membuat anak lebih rentan terhadap hepatitis, atau hepatitis ini merupakan hasil dari sindrom inflamasi multisistem pada anak (MIS-C) yang terjadi setelah infeksi Covid-19," jelas dr DiNorcia mengungkapkan hipotesisnya.
Dr DiNorcia mengatakan, tidak ada bukti bahwa kasus hepatitis misterius berkaitan dengan vaksin Covid-19 pada anak. Hal ini dinilai masuk akal, mengingat sebagian besar pasien hepatitis misterius berada dalam kelompok usia yang belum layak menerima vaksin Covid-19.
"Sebagian besar kasus terjadi pada anak berusia dua hingga lima tahun yang belum menerima vaksin," ungkap dr DiNorcia.
Dr DiNorcia menganjurkan agar orang tua membantu anak mereka untuk melakukan beberapa upaya pencegahan. Sebagian di antaranya adalah mencuci tangan secara berkala, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum dibersihkan, serta menjauhi orang yang diketahui sedang sakit.
Terkait terapi, anak yang terkena hepatitis misterius akan diberikan terapi pengobatan awal di mana di dalamnya sudah termasuk pelayanan suportif. Hal ini dilakukan untuk membantu proses pemulihan organ hati.
"Bila hepatitis berkembang menjadi gagal hati, satu-satunya terapi adalah transplantasi hati," jelas dr DiNorcia.