IHSG Dibuka di Zona Positif Terangkat Saham Energi dan Bank

IHSG pagi ini dibuka menguat ke posisi 7.063,07 dan terus melesat naik.

ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi)
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona positif setelah ditutup terkoreksi pada perdagangan kemarin. IHSG pagi ini dibuka menguat ke posisi 7.063,07 dan terus melesat naik hingga 1 persen. 

Penguatan IHSG didukung oleh naiknya saham komoditas energi dan tambang seperti MEDC yang terbang 8 persen, disusul BRMS yang melompak 7 persen, kemudian PGAS menguat 3 persen serta ADMR dan ADRO naik 2 persen. 

Baca Juga


Selain itu, saham bank juga turut menopang kenaikan IHSG pagi ini.

Tiga saham bank besar yaitu BBCA, BMRI dan BBNI kompak menguat lebih dari 1 persen. Sementara BBRI naik tipis sebesar 0,22 persen.

"Indeks saham di Asia pagi dibuka naik mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam dimana S&P 500 mengakhiri penurunan selama lima hari beruntun," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (16/6/2022). 

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 18 bps menjadi 3,30 persen sehari setelah menyentuh level tertinggi dalam 11 tahun 3,49 persen.

Bank sentral AS, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps, terbesar sejak 1994. Keputusan ini mengerek suku bunga jangka pendek berada di kisaran target antara 1,50 - 1,75 persen.

Federal Reserve juga memberi sinyal akan terus menaikkan suku bunga acuan hingga 3,4 persen pada akhir tahun ini. Artinya, masih ada lagi kenaikan suku bunga sebesar 1,75 persen tersebar pada empat pertemuan kebijakan yang tersisa tahun ini.

Federal Reserve juga merilis proyeksi ekonomi terkininya dengan meramalkan inflasi akan tumbuh 5,2 persen untuk tahun ini, lebih cepat dari proyeksi kenaikan 4,3 persen yang di umumkan pada bulan Maret lalu. Untuk 2023, inflasi diprediksi akan tumbuh 2,7 persen sebelum akhirnya melambat menjadi 2,3 persen di 2024.

Federal Reserve juga merevisi ke bawah beberapa indikator ekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi (PDB) yang diyakini hanya akan tumbuh 1,7 persen tahun ini di banding prediksi sebelumnya 2,8 persen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler