Islamofobia di Inggris Memburuk Lima Tahun Pascaserangan Van London
Muslim Inggris tidak akan merasa aman sampai Islamofobia ditanggapi secara serius.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Islamofobia memburuk di London, Inggris dalam lima tahun terakhir. Islamofobia memburuk setelah serangan van mematikan di masjid London yang menewaskan seorang Muslim dan melukai puluhan orang lainnya.
Dilansir dari The Guardian, Senin (20//20226), Ketua Masjid Finsbury Park di London utara, mengatakan umat Islam tidak akan merasa aman sampai masalah ini ditangani secara serius oleh polisi dan pihak berwenang. Ia juga telah memperingatkan Islamofobia meningkat sejak serangan teror 2017 di daerah itu, ketika puluhan orang berkumpul untuk mengenang pria yang terbunuh lima tahun lalu.
Makram Ali (51 tahun) meninggal pada 19 Juni 2017 ketika Darren Osborne mengendarai sebuah van sewaan ke arah jamaah yang berkumpul di luar masjid. Peristiwa tersebut terjadi ketika umat Muslim pulang dari sholat tarawih.
Van tersebut menabrak mereka dan bahkan beberapa korban terseret beberapa meter. Satu orang meninggal dan 12 korban terluka.
Ketua masjid Mohammed Kozbar mengatakan umat Islam masih merasa tidak aman di Inggris. “Masalah yang kami hadapi adalah sejak serangan ini terjadi, tidak banyak yang berubah dalam mengatasi Islamofobia,” katanya.
Kozbar mengatakan dia ingat Theresa May, yang merupakan perdana menteri saat itu, berjanji mengambil tindakan mengatasi penyakit yang menyebabkan Islamofobia ini. Namun, lima tahun kemudian, katanya, "kami tidak memiliki definisi Islamofobia,” ujar Kozbar.
Dia mengatakan situasi Muslim di Inggris telah semakin memburuk, menunjuk pada institusionalisasi Islamofobia oleh pemerintah dan beberapa media. “Kami sebagai Muslim masih merasakan dampak dari serangan ini dan kami tidak akan merasa aman sampai Islamofobia ditanggapi secara serius oleh pihak berwenang dan polisi,” katanya.
Putri Ali, Ruzina Akhtar, termasuk di antara mereka yang menghadiri upacara peringatan tersebut. Dia mengatakan sebagai seorang wanita Muslim, dia ingin semua orang menyuarakan perilaku Islamofobia apa pun yang masih ada sehingga segera ditangani.
Dia mengingat ayahnya sebagai suami yang penyayang, ayah yang penyayang, dan kakek yang penyayang yang dipuja oleh semua orang. “Ayah kami adalah yang pertama dan terutama salah satu manusia paling lembut yang pernah Anda temui, yang selalu memiliki senyum di wajahnya dan sering membuat lelucon untuk membuat orang lain tertawa,” kata Akhtar.
“Kematiannya telah meninggalkan lubang hitam, tetapi mengingat senyum dan tawanya, kami mengelilingi lubang itu dengan lebih banyak cinta satu sama lain, seperti yang dia inginkan,” ungkapnya.
Bunga-bunga diletakkan di sebuah plakat bertuliskan “Makram Ali – seorang suami, seorang ayah dan kakek tercinta untuk Zarif dan Seyam tersayang”. Osborne dijatuhi hukuman seumur hidup bersamaan pada 2018 atas pembunuhan Ali dan percobaan pembunuhan orang lain. Hakim Cheema-Grubb, mengatakan pilihan Osborne menargetkan kelompok yang mengenakan pakaian tradisional Islam mencerminkan ideologi kebencian terhadap Muslim.