BKSDA Kalbar Kembali Lepasliarkan Lima Orangutan

Lima orangutan dilepasliarkan setelah melalui rehabilitasi di YIARI Ketapang

Prayogi/Republika
Lima orangutan dilepasliarkan setelah melalui rehabilitasi di YIARI Ketapang. Ilustrasi.
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK - Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat (BKSDA Kalbar) dan Yayasan IAR Indonesia (YIARI) kembali melepasliarkan lima orangutan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Kabupaten Nanga Pinoh.

Baca Juga


"Kelima orangutan tersebut dilepasliarkan setelah melalui rehabilitasi di YIARI Ketapang," kata Kepala BKSDA Kalimantan Barat (Kalbar) Sadtata Noor Adirahmanta dalam keterangan tertulisnya di Pontianak, Selasa (21/6/2022).

Kelima orangutan tersebut dinilai sudah layak untuk dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) setelah menjalani proses rehabilitasi selama tujuh bulan. Bahkan ada yang hingga 11 tahun di Pusat Rehabilitasi Yayasan IAR Indonesia di Ketapang.

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dipilih menjadi lokasi pelepasliaran karena di kawasan itu mempunyai kesesuaian habitat untuk orangutan. "Selain itu, jenis-jenis vegetasi penyusun hutan di taman nasional itu juga mempunyai kecukupan baik dalam jumlah maupun keragaman jenis sebagai pakan orangutan," ungkap Sadtata.

Sebelum dilepasliarkan, kelima orangutan itu juga menjalani tes kesehatan. Hal itu untuk memastikan satwa endemik Kalimantan dengan status konservasi "Critically Endangered" (CR) berdasarkan IUCN itu benar-benar sehat dan layak dilepasliarkan. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, mereka diangkut melalui jalan darat dari Ketapang menuju Melawi yang menempuh perjalanan selama 15 jam melewati enam kabupaten yaitu Ketapang, Kayong Utara, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Melawi.

"Selanjutnya perjalanan dilanjutkan menggunakan jalan air dan berjalan kaki," ujarnya.

Kelima orangutan itu juga telah diberi nama yakni Anjas (12) dan Cemong asal Kabupaten Kubu Raya, Joyce (11) asal Kabupaten Ketapang, Kotap (9) asal Landak, dan Otan (8) asal Kayong Utara. Kepala BKSDA Kalbar menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak baik instansi maupun lembaga non pemerintah serta masyarakat yang terlibat dalam upaya penyelamatan satwa endemik Kalimantan itu.

"Namun begitu kita masih perlu inovasi-inovasi program jangka panjang yang lebih efektif dalam upaya konservasi orangutan tersebut," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler