Harga Pangan Makin Mahal, Pedagang Minta Pemerintah Berikan Subsidi Distribusi

Menjelang Idul Adha, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi.

Prayogi/Republika.
Pedagang menghitung harga jual cabai dagangannya di Pasar Induk Kemang (TU) Bogor, Jawa Barat, Senin (20/6/2022). ilustrasi
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkapkan situasi harga pangan terus mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah diminta turun tangan dan segera mengeluarkan solusi serta kebijakan yang konkret untuk meredam kenaikan harga pangan.

Baca Juga


Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan, mengatakan dalam menghadapi perayaan Idul Adha, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Ia mencontohkan, harga cabai rawit tembus hingga Rp 110 ribu per kg, cabai merah keriting Rp 90 ribu per kg, dan cabai merah besar Rp 85 ribu per kg. 

Tak hanya itu, bawang merah sudah dihargai Rp 60 ribu per kg, daging ayam ras Rp 40 ribu per kg, serta telur Rp 29 ribu per kg. Melihat harga komoditas di seluruh dunia juga cukup tinggi serta banyaknya negara yang menahan ekspor komoditas pangan strategis, Ikappi mendorong agar Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional lebih erat dalam urusan pangan.

"Memastikan produksi dan pasokan cukup setidaknya pada periode kuartal ini. Kemendag dan Kementan untuk tidak saling menyalahkan," kata Reynaldi dalam keterangan resminya diterima Republika.co.id, Rabu (22/6/2022).

Lebih lanjut, Ikappi juga memberikan sejumlah rekomendasi dalam menyikapi kenaikan harga saat ini. Pihaknya menyarankan agar pemerintah bisa membantu subsidi distribusi pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit atau yang kebutuhan pangannya besar.

Selain itu, omzet pedagang yang turun drastis disertai daya beli masyarakat yang melemah juga harus menjadi perhatian pemerintah. "Kami juga meminta pemerintah untuk memulai pemangkasan rantai distribusi yang cukup panjang karena ini berdampak pada harga," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler