Pendukung PDIP Wong Cilik, Sekjen: Sulit Koalisi dengan PKS dan Demokrat

PDIP memiliki kedekatan historis dengan PAN, PKB, PPP, Golkar, dan Gerindra.

Republika/Thoudy Badai
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat menghadiri kegiatan Pendidikan Kader Perempuan Tingkat Nasional Tahun 2022 di Gedung Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta, Jumat (10/6/2022).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, partai moncong putih sulit bekerja sama dengan PKS dan Partai Demokrat pada Pemilu 2024. "Kalau dengan PKS tidak," kata Hasto tentang kemungkinan PDIP bergabung dalam rencana koalisi Nasdem dan PKS di sela-sela Rakernas II PDIP Tahun 2021 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).


Hasto lantas menyampaikan selamat atas kesepakatan antara PKS-NasDem untuk Pemilu 2024. "Ya itu bagus sekali, ada partai yang secara dini sudah membangun koalisi antara NasDem-PKS. PDIP mengucapkan selamat atas koalisi NasDem dan PKS tersebut," katanya.

Baca: Viral Shopee Larang Penjual Jam Dinding Kaligrafi Bertuliskan Tauhid

Hasto pun mengatakan bahwa PDIP tidak masuk ke dalam pusaran koalisi yang kini coba dibangun oleh parpol. Meski begitu, kata dia, PDIP memiliki keyakinan bahwa jalan yang harus ditempuh saat ini adalah turun ke bawah dan menyerap aspirasi masyarakat.

Setelah pertemuan PKS-NasDem, rencananya Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bakal menemui Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh untuk penjajakan komunikasi Pemilu 2024. Hasto juga mengatakan PDIP juga sulit untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat.

"Kalau saya pribadi sebagai sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukkan hal itu," kata Hasto.

Baca: Survei Poltracking: UAS Pendakwah Paling Disukai di Indonesia

Dia menjelaskan kultur pendukung PDIP sangat berbeda dengan Demokrat. Menurut dia, pendukung PDIP adalah wong cilik. "Koalisi harus melihat emosional bonding pendukung PDI, pendukung PDIP adalah rakyat wong cilik yang tidak suka berbagi bentuk kamuflase politik. Rakyat itu apa adanya, rakyat yang bicara dengan bahasa rakyat, sehingga aspek-aspek historis itu tetap dilakukan," kata Hasto.

Ditanya soal peluang kerja sama dengan Partai NasDem, Hasto enggan menjawab dengan jelas. "Kami kan dengan NasDem bekerja sama sejak 2014 mendukung pemerintahan Pak Jokowi. Kalau untuk 2024 kan masing-masing punya strategi. Nanti tiga sampai empat bulan sebelum pencapresan baru dikerucutkan (mitra koalisi)," tutur Hasto.

Menurut Hasto, partainya mengedepankan etika politik dan melihat faktor historis dalam upaya pembangunan koalisi. Dia menjelaskan, PDIP memiliki kedekatan historis dengan PAN, PKB, PPP, Golkar, dan Gerindra.

"Ya kita ini kan dengan PAN, karena kan basisnya kan Muhammadiyah, dengan PKB dengan PPP, kemudian dengan Golkar, dengan Gerindra. Kita ingin membangun semangat gotong royong, tetapi kerja sama ini kan muncul dari satu niat terdalam bagi kemajuan Indonesia," tutur Hasto.

Baca: SBY Pamer Lukisan Grand Canyon Ukuran Jumbo

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler