Jokowi Kunjungi Rusia dan Ukraina, Ekonom: Berdampak Positif Bagi Perekonomian Global
Kunjungan Jokowi dinilai bisa mendorong perdamaian Rusia dan Ukraina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia dinilai bisa mendorong perdamaian kedua negara. Hal ini berdampak positif bagi perekonomian global terutama permasalahan harga energi dan pangan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan dengan misi damai yang dibawa oleh Indonesia, maka diharapkan akan menjadi semacam pintu bagi kedua negara untuk mempertimbangkan jalan damai dapat segera mengakhiri perang.
“Dengan asumsi kunjungan perdamaian ini berhasil tentu ini akan secara tidak langsung berdampak pada lebih stabilnya kondisi perekonomian global terutama melalui harga energi yang akan relatif lebih rendah dan juga harga pangan yang berada pada posisi yang lebih rendah,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Jumat (24/6/2022).
Menurutnya kunjungan ini juga menunjukkan politik bebas aktif yang selama ini dianut oleh Indonesia dengan tidak memihak kepentingan-kepentingan tertentu dalam sebuah konflik. Artinya Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara yang membawa misi damai bagi kedua negara yang tengah berperang.
“Kedua kondisi di atas tentu akan mengurangi potensi peningkatan inflasi yang sangat tinggi terutama sepanjang sisa 2022,” ucapnya.
Bhima menyebut jika angka inflasi bisa ditekan tidak mengalami peningkatan secara signifikan, maka kebijakan-kebijakan lain bisa juga tertunda seperti misalnya kebijakan bank sentral dalam menaikkan suku bunga acuan. Hal ini tidak hanya berlaku pada negara maju seperti Amerika Serikat tetapi juga dalam konteks Indonesia.
“Bank Indonesia tentu akan tidak perlu terburu-buru dalam menaikkan suku bunga acuan jika inflasi berada pada level yang terkontrol. Kondisi ini tentu akan menguntungkan proses pemulihan ekonomi di dalam negeri mengingat suku bunga acuan masih akan berada pada level rendah, sehingga ongkos pembiayaan bagi pelaku usaha bisa tetap pada level yang akomodatif,” ucapnya.
Sementara itu Ekonom Center of Reform (Core) Indonesia Yusuf Rendy menambahkan kunjungan ini mampu menurunkan tensi terhadap proteksi dagang atau pembatasan ekspor yang dilakukan rusia dan ukraina. Indonesia juga bisa melobi Rusia agar jalur Laut Hitam tetap terbuka bagi pengiriman gandum Ukrania ke negara lainnya.
“De-eskalasi perang Ukraina Rusia sehingga kedua belah pihak mau menahan diri terhadap agresi yang lebih membahayakan situasi geopolitik dan pemulihan ekonomi,” ucapnya.
Diharapkan juga kunjungan ini, lanjut Rendy, memastikan kedua negara baik Rusia dan Ukraina dapat hadir di forum G20 karena akan dianggap sebagai upaya presidensi Indonesia untuk mempertemukan dua kepala negara, meski status Ukraina adalah observer bukan member G20. Tanpa kehadiran Rusia kesepakatan dan rencana tindak lanjut G20 akan sulit diimplementasikan.
“Indonesia bisa membantu negara eropa keluar dari krisis energi dengan meningkatkan kerja sama via ukraina untuk memasok kebutuhan energi yang diperlukan,” ucapnya.
Ke depan kunjungan ini juga menunjukkan peran Indonesia sebagai negara yang aktif meredam konflik global, meskipun tidak memiliki kepentingan langsung perang Ukraina-Rusia. Persepsi investor dan negara mitra dagang harapannya positif terhadap Indonesia, sehingga mempercepat realisasi investasi yang masuk.