Kontribusi Besar Islam untuk Dunia Modern, Lawan Hegemoni Sekularisme

Islam menyembuhkan penyakit modern seperti sekularisme

Republika/Achmad Syalaby Ichsan
Ilustrasi agama Islam. Islam menyembuhkan penyakit modern seperti sekularisme.
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berbagai kontribusi Islam terhadap dunia modern. Salah satunya Islam menyembuhkan salah satu penyakit dunia modern yang bernama sekularisme.    

Baca Juga


Hal ini dijelaskan Seyyed Hossein Nasr dalam karyanya yang berjudul Living Sufism. Dalam buku terjemahannya yang berjudul “Tasawuf Dulu dan Sekarang” terbitan IRCiSoD, dia menjelaskan bahwa Islam telah menyembuhkan salah satu penyakit modern, yakni sekularisasi yang melampui batas, suatu proses yang tak lain merupakan penjauhan benda-benda dari makna spiritualnya.

Menurut dia, di Baratlah untuk pertama kali muncul negara temporal, dengan pemerintahan dan garis kekuasaan yang disebut sekuler, walaupun pada Abad Pertengahan dan malahan sampai sekarang, selama lembaga-lembaga politik tradisional masih hidup, negara-negara temporal memiliki arti religius.

Kemudian, lanjut dia, “pemikiran” mengalami sekularisasi pula dalam bentuk filsafat dan ilmu pengetahuan sekuler, kemudian seni dengan semua cabangnya mengikutinya dan akhirnya agama sendiri menyerah kepada kecenderungan yang sama.

Dia mengatakan, proses yang ditimbulkan oleh perlawanan pada masa renaisans ini mula-mula kelihatan kekan-akan sebagai gerakan untuk mencapai kebebasan, tetapi kini proses tersebut telah tiba di tepi jurang bahaya yang membuktikan bahwa sesuatu yang dihasilkan oleh masa renaisans hanyalah kebebasan untuk melenyapkan kemungkinan memperoleh kebebasan hakiki yang terbuk bagi manusia, yaitu kemerdekaan ruhani.

“Terhadap penyakit sekularisasi yang melampaui batas dan penyakit kebebasan yang negatif ini, Islam kemudian menyajikan suatu pandangan hidup yang benar-benar suci,” jelas Hosein Nasr.

Melalui hukum Tuhan dan syariah, menurut dia, setiap kegiatan manusia memperoleh dimensi transenden. Dia menjadi suci dan karenanya bermakna. Dilihat dari sudut pandang kodrat manusia, seorang yang menerima syariah dan mengerjakannya sama dengan berkurban. 

Namun begitu, seseorang tak dapat menjadikan suci segala sesuatu tanpa beberapa bentuk pengorbanan.

Hosein Nasr menegaskan, seorang non-Muslim akan heran melihat berapa hebatnya kemampuan umat Islam mengamalkan syariah dan juga betapa di wilayah-wilayah yang sekalipun terdapat kemunduran, umat Islam tetap bertahan mengamalkan syariah.

Namun, menurut dia, kenyataan bahwa Islam memiliki kekuatan penyesuai diri sampai pada tingkatan yang lebih tinggi tidaklah lantas berarti bahwa orang Islam harus berkompromi dengan dunia modern dan semua kekeliruan yang meliputinya. Justru, menurut dia, dunialah yang harus didorong supaya menyesuaikan diri dengan kebenaran ini dan bukan sebaliknya.

Seyyed Hossein Nasr lahir di Teheran, Iran pada 1933. Pemikirannya berhubungan dengan silang pengetahuan dalam peradaban modern di dunia Barat dan dunia Timur. Sekitar 70-an, dia pun telah menjadi guru besar di tiga benua, yaitu Asia, Eropa, dan Amerika.

Seyyen Hossein Nasr adalah guru besar di berbagai universitas di dunia Barat. Dia adalah profesor emeritus studi Iran di Universitas George Washington, dan seorang filsuf Muslim. Dia juga juga sempat emperoleh pendidikan Barat modern di Institut Teknologi Massachussets dan Universitas Harvard.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler