Rusia: Peluang Ukraina Gabung Uni Eropa Tipis
Mantan presiden Rusia sebut peluang Kiev masuk ke dalam Uni Eropa tipis.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengomentari keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa. Menurut mantan presiden Rusia periode 2008-2012 itu, peluang Kiev masuk ke dalam perhimpunan Benua Biru tipis.
Medvedev berpendapat, meski saat ini sedang bertempur dengan Rusia, Ukraina akan memiliki masa depan lebih baik, pemimpin yang kuat, hukum yang adil, dan model ekonomi yang sukses. “Dan saya sama sekali tidak yakin bahwa model ini akan terhubung dengan Uni Eropa,” ucapnya dalam sebuah wawancara dengan Argumenty I Fakty, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Selasa (28/6/2022).
Dia pun ragu Ukraina bisa bergabung dengan Uni Eropa. “Saya akan mengatakannya lagi, peluang keanggotaan Ukraina, meskipun berstatus ‘kandidat’, tipis,” ujar Medvedev.
Pada kesempatan itu, Medvedev kembali menjelaskan tujuan serangan Rusia ke Ukraina. Dia menegaskan tindakan itu bertujuan memerangi pasukan neo-Nazi yang berkuasa di Ukraina. Selama bertahun-tahun, pasukan neo-Nazi tersebut telah meneror penduduk yang tinggal di Donbas.
Medvedev pun menekankan, dalam operasinya, militer Rusia menyerang sasaran militer dan bukan infrastruktur sipil, termasuk tempat tinggal. “Berbeda dengan Nazi Ukraina yang menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia,” ucapnya mengacu pada kejadian di Mariupol serta situasi penyanderaan di pabrik baja Azovstal beberapa waktu lalu.
Terkait keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, pekan lalu para pemimpin perhimpunan Benua Biru secara resmi memberikan status kandidat kepada Kiev. Keputusan itu dinilai merupakan langkah geopolitik yang berani sekaligus bersejarah.
"Rakyat Ukraina milik keluarga Eropa. Masa depan Ukraina ada di Uni Eropa. Hari ini menandai awal dari perjalanan panjang yang akan kita jalani bersama," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Kamis (23/6/2022) pekan lalu.
Pada April lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah secara resmi menyerahkan kuesioner lengkap tentang keanggotaan di Uni Eropa kepada Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Matti Maasikas.
Kala itu, Zelensky mengatakan, Ukraina bisa memperoleh status kandidat dalam beberapa pekan mendatang. “Hari ini adalah salah satu tahapan bagi negara kami untuk bergabung dengan Uni Eropa, aspirasi yang diusahakan dan diperjuangkan rakyat kami,” kata Zelensky pada 18 April lalu.
Zelensky yakin, Ukraina akan mendapatkan dukungan dan menjadi kandidat untuk aksesi. “Setelah itu, berikutnya, tahap final akan dimulai. Kami yakin prosedur ini bakal berlangsung dalam beberapa pekan mendatang dan itu akan positif bagi sejarah rakyat kami, mengingat harga yang harus dibayar di jalan menuju kemerdekaan serta demokrasi,” ucapnya.
Kendati demikian, pada Mei lalu, Menteri Prancis untuk Urusan Eropa Clement Beaune mengatakan, proses keanggotaan Ukraina di Uni Eropa bisa memakan waktu cukup lama. Dia memperkirakan, hal itu bisa berlangsung antara 15 hingga 20 tahun.
“Kita harus jujur. Jika Anda mengatakan Ukraina akan bergabung dengan Uni Eropa dalam enam bulan atau satu-dua tahun, Anda berbohong. Mungkin dalam 15 atau 20 tahun, dibutuhkan waktu yang lama,” kata Beaune kepada Radio J, 22 Mei lalu.