Kasus Harian Covid-19 Melonjak, Tetapi Angka Kematian Tetap Kecil Melandai
Angka kematian harian di bawah 10 kasus saat kasus baru Covid-19 meningkat.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Antara
Kasus harian Covid-19 di Indonesia saat ini memang pada tren menanjak di atas 2.000 kasus per hari. Namun, kabar baiknya, angka kematian akibat Covid-19 terbilang sangat rendah jika dibandingkan dengan saat puncak penularan kasus Delta setahun silam.
Saat varian Delta 'mengamuk' pada rentang Juni-Agustus 2021, angka kematian harian akibat Covid-19 pernah menyentuh angka 2.069 kasus pada 27 Juli 2021. Jumlah tersebut merupakan rekor angka kematian tertinggi baik pasien yang dirawat di rumah sakit atau meninggal di rumah.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 dalam sepekan terakhir, sebanyak 31 orang wafat akibat Covid-19. Rata-rata setiap harinya saat ini, angka kematian berada di bawah angka 10 kasus. Pada Kamis (30/6/2022) misalnya, tercatat enam kasus kematian akibat Covid-19.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril, mengatakan, secara nasional angka positivity rate juga masih di bawah 5 persen. Sementara, keterisian tempat tidur di kisaran 2,3 persen dan 2,4 persen.
"Jadi semuanya masih di bawah 5 persen,” ucap Syahril dikutip, Kamis.
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengingatkan, data tren kasus penularan dan angka kematian yang menurun adalah sebuah indikator awal yang tidak bisa selalu dijadikan rujukan langsung bahwa situasi di sebuah daerah sudah aman. Indikator awal ini harus tervalidasi dengan indikator awal lainnya, seperti jumlah testing dan tracing yang baik.
"Adanya laporan kasus yang relatif stabil, beberapa hari ini, kematian di bawah angka 10. Ini bukan otomatis terkendali," kata Dicky kepada Republika, Kamis.
Terlebih, ia melanjutkan, dengan adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang baru saja dimulai penularannya. Bila melihat kasus di luar negeri, penularan dua subvarian baru ini sulit dibendung.
"Jadi semua kembali lagi ke keterbatasan testing, tracing, dan kesadaran masyarakat (melakukan testing) yang kurang. Karena fakta di berbagai negara (kasus Covid-19) meningkat ketika testing cukup banyak," terangnya.
Menurut Dicky, saat ini hanya sedikit negara yang masih kemampuan deteksi baik secara tes maupun pelacakan yang memadai. Beberapa negara yang masih bisa melakukan testing dengan baik adalah Amerika yang bisa menemukan sekitar 200 ribu kasus dan Australia di atas 2.000 kasus per harinya.
Dicky juga berharap pemerintah mengkaji ulang beberapa kebijakan dalam protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan pembatasan kapasitas. Terlebih, virus varian BA.4, BA.5 berkembang cepat di saluran pernapasan bagian atas dan lebih sering terdeteksi di hidung.
"Memakai masker dan membatasi kapasitas sangat terbukti bisa menekan kasus," ujarnya.
Dia berharap program vaksinasi booster juga terus digalakkan sebagai modal imunitas. Pasalnya, subvarian BA.4, BA.5 bisa menginfeksi mereka yang sebelumnya pernah terinfeksi. Subvarian tersebut juga mampu melakukan replikasi dengan cepat dan menyerang mereka yang sudah divaksin.
"Kasus akan naik. BA.4, BA.5 bisa berpotensi menimbulkan gelombang IV. Kalau kita tidak merespons dengan cepat, kita akan keteteran dengan kecepatan virus ini menyebar sehingga kelompok rawan seperti penderita komorbid bisa bergejala," imbuhnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta masyarakat tetap waspada lantaran tren penularan Covid-19 di beberapa negara sedang meningkat seperti Singapura dan India.
Tjandra mengatakan, saat ini, kasus harian Covid-19 di Indonesia belum bisa diprediksi apakah masih akan meningkat. Sehingga, testing Covid-19 harus lebih masif dilakukan.
"Yang jelas ada tiga yang perlu dilakukan, pertama meningkatkan tes dan whole genome sequencing," tegas Tjandra kepada Republika, Kamis.
Kedua adalah meningkatkan vaksinasi termasuk vaksinasi dosis ketiga atau booster. Terakhir adalah tetap memakai masker di luar ruangan untuk kelompok yang memiliki risiko.
"Baik risiko orang (lansia, komorbid, sedang tidak fit) maupun risiko keadaan (banyak sekali orang, kemungkinan kontak dengan gejala," tuturnya.
Hingga Kamis kemarin, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat sebanyak 50.450.341 orang telah menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat di Indonesia, atau bertambah sebanyak 51.482 orang. Menurut data Satgas Penanganan Covid-19 yang diterima di Jakarta, Kamis, sebanyak 16.030 orang mendapatkan vaksin dosis lengkap pada Kamis, sehingga jumlah penerima hingga saat ini mencapai 168.980.896 orang.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta jajarannya agar vaksin Covid-19 dosis penguat dapat lebih mudah dijangkau masyarakat guna mencegah kenaikan kasus, terutama setelah munculnya varian Omicron BA.4 dan BA.5. Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/6/2022).
"Bapak Presiden juga beri arahan agar booster (penguat) ini lebih mudah diterima. Setiap acara-acara besar kalau bisa diwajibkan menggunakan booster, sehingga bisa memastikan teman-teman yang mengikuti acara besar itu relatif aman," ujarnya.