Wajib Militer Jadi Alasan Utama BTS Hiatus
Kategori tertentu pria di Korsel telah mendapatkan pengecualian wajib militer.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Keputusan mengejutkan Bangtan Sonyeondan (BTS) beristirahat dari kegiatan grup menghidupkan kembali perdebatan tentang masa wajib militer (wamil) mereka. Seperti diketahui bahwa layanan dinas militer wajib bagi pria muda Korea Selatan (Korsel) selama dua tahun merupakan bagian dari upaya negara untuk mempertahankan diri dari ancaman Korea Utara (Korut).
Selama bertahun-tahun kategori tertentu pria telah memenangkan pengecualian wamil, baik diizinkan untuk menunda layanan untuk waktu tertentu maupun diizinkan untuk melakukan layanan yang lebih pendek. Pengecualian wamil termasuk bagi pria yang memenangkan medali di Olimpiade atau Asian Games hingga musisi klasik dan penari yang memenangkan hadiah utama pada kompetisi tertentu.
Di bawah revisi undang-undang 2019, bintang K-pop yang diakui secara global diizinkan untuk menunda layanan mereka hingga usia 30 tahun. Kemudian, parlemen kini tengah memperdebatkan amandemen baru yang diusulkan bahwa bintang K-pop menjalani wamil hanya tiga pekan.
Untuk BTS, dan khususnya anggota tertuanya, Kim Seokjin (Jin), hasil musyawarah parlemen tentang keputusan ini sangat penting. Jin (29 tahun) telah menunda wamilnya selama dua tahun.
Anggota parlemen yang mengusulkan amandemen untuk memasukkan pelatihan tiga pekan bagi bintang K-pop, Yoon Sang-hyun menilai bahwa menunggu keputusan parlemen adalah hal yang menegangkan bagi Jin dan semua anggota BTS. Menunggu keputusan parlemen menurutnya merupakan alasan utama mereka berhenti tampil sebagai grup.
"Para anggota menyebutkan kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat sebagai alasan utama tetapi alasan sebenarnya adalah dinas militer Jin," kata Yoon kepada Reuters.
Ia menilai, bahwa sejauh mana BTS telah meningkatkan profil Korsel di seluruh dunia melalui "kekuatan lunak" harus diperhitungkan ketika mempertimbangkan dinas militer mereka. "BTS telah melakukan pekerjaan yang membutuhkan lebih dari 1.000 diplomat untuk melakukannya," katanya.
Sejak debut pada 2013, BTS telah menjadi sensasi di seluruh dunia dengan lagu-lagu hits dan kampanye sosial mereka yang bertujuan untuk memberdayakan kaum muda. BTS menjadi band Asia pertama yang memenangkan Artist of the Year di American Music Awards tahun lalu. RM, Jin, Suga, j-hope, Jimin, V dan Jungkook bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih untuk membahas kejahatan rasial yang menargetkan orang Asia.
Choi Kwang-ho, sekretaris jenderal Asosiasi Konten Musik Korea, sebuah koalisi agensi K-pop termasuk perusahaan manajemen Big Hit, mengatakan menunggu keputusan parlemen tentang wamil itu menyiksa. "Para seniman muda telah disiksa dengan harapan yang tidak pernah menjadi kenyataan," kata Choi.
Sebuah jajak pendapat Gallup pada April menunjukkan hampir 60 persen orang Korsel mendukung RUU yang membebaskan bintang K-pop yang sukses secara global dari dinas militer penuh. Sementara 33 persen menentang.
Big Hit Music maupun Hybe telah menghindari perdebatan tentang wamil, namun pada April lalu pejabat Big Hit Lee Jin-hyung mengatakan pada konferensi pers di Las Vegas bahwa beberapa anggota band mengalami "masa sulit" karena ketidakpastian atas debat parlemen soal wamil. Dia menyerukan keputusan.
Jin ketika ditanya beberapa jam kemudian tentang komentar Lee, mengatakan dia membiarkan Big Hit menangani masalah ini meskipun menambahkan bahwa apa yang dikatakan Lee mencerminkan pandangannya. K-pop bukan satu-satunya sektor yang mengharapkan perubahan aturan.
Pemerintahan baru Presiden Korsel Yoon Suk Yeol tengah mempertimbangkan pengecualian untuk beberapa insinyur dan peneliti di chip komputer dan bidang teknologi lainnya. Kementerian Pertahanan menunjuk pada persyaratan konstitusional bagi semua warga negara untuk melakukan tugasnya membela negara.
"Menambahkan artis budaya pop dalam lingkup seni dan personel olahraga yang memenuhi syarat untuk pengecualian memerlukan pertimbangan yang cermat dalam hal keadilan," kata seorang pejabat kementerian.
Beberapa pemuda juga bertanya-tanya tentang kasus perlakuan khusus untuk BTS. Seo Chang-jun, (20 tahun) mengatakan dia mengerti mengapa pemenang Olimpiade mendapat pengecualian tetapi tidak yakin tentang BTS.
"Olimpiade adalah acara nasional di mana semua orang Korea bersorak untuk tim yang sama tetapi tidak semua orang adalah penggemar BTS. Banyak orang tidak tertarik pada mereka," katanya kepada Reuters.