Kediaman Diserbu Demonstran yang Marah, Presiden Sri Lanka Rajapaksa Melarikan Diri

Kondisi ekonomi yang carut marut membuat warga Sri Lanka berunjuk rasa.

AP/Eranga Jayawardena
Biksu Buddha pelajar Sri Lanka meneriakkan slogan-slogan saat mereka berbaris menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri karena krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Senin, 20 Juni 2022.
Rep: Eva Rianti Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dikabarkan melarikan diri, tak lama sebelum pengunjuk rasa menyerbu kediamannya, Sabtu (9/7/2022). Para pengunjuk rasa mengepung kediaman Rajapaksa untuk menuntut pengunduran dirinya akibat krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara tersebut.

Para pengunjuk rasa yang diperkirakan berjumlah ribuan jiwa itu menyalahkan Presiden yang dianggap salah mengurus negara. Negara pulau berpenduduk 22 juta jiwa itu saat ini sedang mengalami kelangkaan devisa yang parah.

Saat para pengunjuk rasa menyerbu gerbang Istana Presiden, pasukan yang menjaga kompleks itu menembak ke udara untuk menahan kerumunan sampai Rajakpaksa berhasil disingkirkan dengan aman. Demikian disampaikan seorang sumber pertahanan kepada AFP tanpa menyebutkan nama, dilansir dari France24.com.

“Presiden dikawal ke tempat yang aman. Dia masih presiden, dia dilindungi oleh unit militer,” tutur sumber tersebut.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang akan menjadi presiden jika Rajapaksa mengundurkan diri, dikabarkan telah mengadakan rapat kabinet mendesak untuk membahas ‘resolusi cepat’ terhadap krisis politik.

Sejumlah pejabat mengatakan kepergian Rajapaksa menimbulkan pertanyaan apakah dia berniat untuk tetap menjabat. “Kami sedang menunggu instruksi. Kami masih tidak tahu dimana dia, tapi kami tahu dia bersama angkatan laut Sri Lanka dan aman,” ujar seorang pegawai negeri tinggi kepada AFP.

Sementara itu, Rumah Sakit Utama Kolombo mengatakan, sebanyak 14 orang dirawat di rumah sakit tersebut setelah terkena tabung gas air mata.

Diketahui, Sri Lanka telah menderita selama berbulan-bulan mengalami kekurangan makanan dan bahan bakar, pemadaman listrik yang lama, dan inflasi yang tinggi, setelah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital. Ribuan orang telah membanjiri Ibu Kota untuk demonstrasi, ekspresi terbaru dari kerusuhan yang dipicu oleh krisis.

Polisi telah mencabut perintah jam malam yang dikeluarkan pada Jumat setelah partai-partai oposisi, aktivis hak asasi, dan asosiasi pengacara mengancam akan menuntut kepala polisi. Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah mengabaikan perintah itu dan bahkan memaksa otoritas kereta api untuk mengoperasikan kereta api untuk membawa mereka ke Kolombo melakukan demonstrasi hari Sabtu, kata para pejabat.

“Jam malam bukanlah penghalang, bahkan mendorong lebih banyak orang untuk turun ke jalan untuk menentang. Penumpang telah memerintahkan kereta untuk mencapai Kolombo,” ,” kata pejabat pertahanan itu.

Negara itu hampir kehabisan persediaan bensin yang sudah langka, tetapi pengunjuk rasa yang didukung oleh partai-partai oposisi utama menyewa bus pribadi untuk melakukan perjalanan ke ibu kota. Demonstran telah berkemah di luar kantor tepi laut Rajapaksa untuk menuntut pengunduran dirinya karena salah urus pemerintah terhadap krisis.

Tentara bersenjatakan senapan serbu dikerahkan ke Kolombo pada Jumat untuk memperkuat polisi yang menjaga kediaman resmi Rajapaksa. Pihak berwenang mengatakan mereka telah mengerahkan hampir 20.000 tentara dan petugas polisi untuk operasi keamanan guna melindungi presiden.

Sri Lanka telah gagal membayar utang luar negerinya sebesar 51 miliar dolar AS dan telah melakukan pembicaraan bailout atau dana talangan dengan Dana Moneter Internasional. Sembilan orang tewas dan ratusan terluka ketika bentrokan meletus di seluruh negeri setelah loyalis Rajapaksa menyerang pengunjuk rasa damai di luar kantor presiden pada Mei lalu.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler