Cerita Suka Duka PKL Malioboro setelah Enam Bulan Relokasi

Bila masih memungkinkan, ia lebih memilih untuk berjualan di kawasan pedestrian.

Fitria Nurochimah
Salah satu lapak pedagang tas di kawasan Teras Malioboro Dua, Selasa (19/7/2022).
Rep: c01 Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak Februari 2022, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah melakukan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang trotoar Malioboro menuju ke tempat khusus yang telah disiapkan di area Teras Malioboro Dua.


Beberapa PKL yang dipindahkan membagikan kisah suka dukanya dalam berjualan setelah direlokasi. Salah satu pedang baju di area Teras Malioboro Dua, Hari Pinuji (30 tahun) mengatakan apabila masih memungkinkan, ia lebih memilih untuk berjualan di kawasan pedestrian karena saat ini penjualannya mengalami penurunan yang signifikan.

"Kalau di sini penjualannya kurang banget. Menurun drastis, bisa sampai 95 persen karena di sini pengunjungnya nggak merata cuma di depan aja. Jadi, nggak sampai ke belakang. Dulu omzet sehari di depan sama saja dua minggu kalau di sini,” ujar Hari saat ditemui di Teras Malioboro, Selasa (19/7/2022).

Menurut Hari, ia tidak bisa memilih tempat berjualan karena telah ditentukan dengan menggunakan sistem undian. 

Hari menceritakan ketika berjualan di sepanjang jalan Malioboro, meskipun wisatawan tidak membeli tetapi dagangannya tetap dapat terlihat sehingga ia masih memiliki harapan. Berbeda dengan sekarang ketika sangat jarang wisatawan yang datang ke Teras Malioboro sampai ke bagian belakang.

“Kalau secara penataan memang lebih teratur tetapi pengunjung kurang mau apa. Jadi, kita rapi tetapi nggak ada uang bagaimana. Waktu liburan sekolah penjualan itu sama saja. Kalau terlihat dari depan memang ramai tetapi coba lihat ke belakang seperti apa keadaannya. Pengunjung cuma di depan aja nggak bisa muter sampai belakang,” jelasnya.

Ia berharap pemerintah memenuhi janjinya yang akan menyejahterakan pedagang, di mana semua pengunjung akan dibuat merata sampai ke belakang. Namun, menurutnya sampai enam bulan berjalan tidak ada perubahan yang dilakukan.

Seperti yang diutarakan oleh Hari, salah satu pedagang tas yang berada di area depan Teras Malioboro Dua, Berti Wulan (41 tahun)  mengatakan tidak ada perbedaan ketika berjualan di pedestrian dengan di Teras Malioboro Dua.

“Kalau saya sama aja (pengaruh penjualannya dari sebelum dan sesudah relokasi-Red). Kalau hari-hari sekolah seperti ini ya biasa. Nanti kalau akhir pekan, Sabtu Minggu itu Allhamdulillah penjualan kita lumayan,” jelas Berti.

Berti berharap untuk ke depannya Teras Malioboro dapat lebih tertata lagi dan semakin banyak pengunjung yang datang.

Seperti diketahui sebelumnya, bahwa penantaan PKL dari area pedestrian Malioboro merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melakukan penataan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Sumbu Filosofi yang dimaksud adalah garis imajiner yang menghubungkan Laut Selatan, Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, Malioboro, Tugu Yogyakarta, sampai Gunung Merapi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler