Penghargaan Ganjar, Warga Jateng: Justru Perusak Lingkungan

Warga Jateng menilai penghargaan lingkungan tak tepat diberikan untuk Ganjar Pranowo.

dok. istimewa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Warga Jateng menilai penghargaan lingkungan tak tepat diberikan untuk Ganjar Pranowo.
Rep: Febryan A Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Jawa Tengah, terutama mereka yang lingkungannya rusak atau terancam rusak, ramai-ramai menyatakan keberatan atas penghargaan lingkungan hidup yang diterima Gubernur Ganjar Pranowo. Sebab, berbagai kebijakan Ganjar dinilai justru merusak lingkungan.

Baca Juga


Warga Kabupaten Rembang bernama Suharno, misalnya, menyebut Ganjar tak pantas menerima penghargaan tersebut. Dia pun menilai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak cermat atau malah memang menutup mata dalam melihat rekam jejak kebijakan lingkungan yang dibuat Ganjar selama memimpin Jawa Tengah.

Salah satunya adalah keputusan Ganjar menerbitkan izin baru untuk pabrik semen di Kendeng, Kabupaten Rembang, usai Mahkamah Agung mencabut izin lingkungan pabrik itu. Selain itu, Ganjar baru-baru ini juga menerbitkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yang "seakan-akan membuka wilayahnya untuk aktivitas penambangan".

"(Kebijakan-kebijakan) itu kan jelas tidak mencerminkan penghargaan yang diterima Ganjar kemarin," kata Suharno dalam diskusi daring bertajuk 'Konferensi Pers Rakyat Jawa Tengah- Penetapan Ganjar Sebagai Gubernur Perusak Lingkungan' yang digelar LBH Semarang secara daring, Kamis (21/7/2022).

Artinya, lanjut dia, penghargaan lingkungan untuk Ganjar itu tak berdasarkan fakta-fakta di lapangan. "Saya rasa, penghargaan itu malah semacam pesanan untuk memperbaiki citra Ganjar," ujarnya.

"Jadi kami masyarakat yang selama ini memperjuangkan lingkungan merasa kecewa berat terhadap KLHK memberikan penghargaan ke Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo," imbuh pria yang tempat tinggalnya terdampak aktivitas pabrik semen itu.

Selain Suharno, ada pula warga Wadas bernama Feri Hidayah yang merasa keberatan atas penghargaan lingkungan untuk Ganjar itu. Sebab, Ganjar memperbolehkan penambangan quarry di Wadas meski sudah ditolak warga.

"Selandainya penambangan di Wadas dimulai, lingkungan akan rusak. Wilayah pesisir juga akan kebanjiran karena lokasi serapan air sudah hilang akibat penambangan," kata Feri dalam kesempatan sama.

"Bagi kami, Ganjar belum tepat mendapat penghargaan lingkungan," imbuhnya.

Ada pula Warga Demak yang mengaku keberatan. Warga bernama Masnuah itu mengaku khawatir dampak lingkungan yang akan muncul akibat proyek pembangunan tol Semarang-Demak di bawah Ganjar.

"Proyek tersebut akan semakin memperparah penurunan muka tanah di Demak. Alhasil, akan semakin banyak warga yang terdampak," kata Masnuah.

Sebelumnya, Rabu (20/7), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra 2021 kepada Ganjar di Kantor KLHK.

Penghargaan Nirwasita Tantra diberikan kepada kepala daerah yang berhasil merumuskan kebijakan sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga mampu memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Ganjar mengaku penghargaan itu jadi tanggung jawab moral bagi dirinya untuk mengajak masyarakat melestarikan lingkungan. "Dapat penghargaan terus (merasa) senang dan hebat, tidak. Itu tanggung jawab moral," ujar Ganjar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler