Kasus Gangguan Kardiovaskular-Diabetes Meningkat Hingga 12 Bulan Usai Sembuh dari Covid-19
Penyintas Covid-19 berisiko mengalami penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 diketahui dapat memberikan berbagai dampak kesehatan, terlebih bagi yang memiliki penyakit penyerta. Akan tetapi, para ilmuwan juga menemukan bahwa penyintas Covid-19 juga dapat mengembangkan penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus hingga 12 bulan setelah sembuh.
Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di PLOS, para peneliti telah memeriksa peningkatan kasus diabetes mellitus baru dan kardiovaskular dalam setahun pada mereka yang pulih dari infeksi Covid-19. Beberapa manifestasi awal penyakit jantung akibat Covid-19 yang terdeteksi dalam empat pekan pertama infeksi antara lain gagal jantung, infark miokard akut, dan strok iskemik.
Selain itu, pasien Covid-19 telah melaporkan hiperglikemia onset baru dan kasus diabetes mellitus dengan ketoasidosis diabetikum dan hiperosmolaritas. Sindrom pernapasan akut parah SARS-CoV-2 kemungkinan menyebabkan kerusakan pankreas langsung.
Selain itu, Covid-19 juga dapat memicu 'badai sitokin' proinflamasi pada pasien yang sakit parah yang ditandai dengan peningkatan kadar interleukin-6 dan tumor necrosis factor-alpha yang mengganggu sekresi dan resistensi insulin. Singkatnya, Covid-19 meningkatkan risiko gangguan glukosa darah dan komplikasi kardiovaskular.
"Namun, berbagai penelitian tidak terlalu menyelidiki dan mengkarakterisasi diagnosis baru diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular selama 12 bulan setelah sembuh dari Covid-19," tulis laporan, seperti dikutip dari laman News Medical Net, Jumat (22/7/2022).
Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis catatan kesehatan elektronik (EHR) dari 428.650 pasien Covid-19 tanpa penyakit kardiovaskular atau diabetes mellitus antara tahun 2020 hingga 2021 di Inggris Raya (UK). Basis data ini mencakup EHR dari 1.356 praktik keluarga di Inggris dengan sekitar 13,4 juta pasien terdaftar per Maret 2022.
Hasil studi utama adalah catatan pertama diagnosis penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus Para peneliti mengkategorikan diagnosis penyakit kardiovaskular ke dalam beberapa kategori, yakni aritmia atrium, termasuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular, serangan jantung, infark miokard dan penyakit jantung iskemik, emboli paru, trombosis vena, kardiomiopati dan miokarditis, serta strok.
Sementara itu, diagnosis diabetes mellitus memiliki dua kategori besar, yakni individu dengan diabetes mellitus tipe 1 dan 2 dan mereka yang menerima obat hipoglikemik oral dan insulin.
Temuan studi
Diagnosis bersih diabetes mellitus meningkat dalam empat pekan pertama setelah Covid-19 sebesar 81 persen dengan rasio tingkat penyesuaian 1,81, dan tetap meningkat antara lima hingga 12 pekan. Namun, peningkatan diagnosis diabetes mellitus secara keseluruhan tidak mampu bertahan pada pekan ke-13 hingga 52.
Selanjutnya, penulis mengamati peningkatan enam kali lipat dalam diagnosis penyakit kardiovaskular dengan Covid-19 akut. Lalu, ada peningkatan 11 kali lipat pada emboli paru, enam kali lipat aritmia atrium, dan lima kali lipat pada trombosis vena, dengan RR masing-masing 11,51, 6,44, dan 5,43.
Secara khusus, kejadian penyakit kardiovaskular menurun pada pekan kelima hingga 12 setelah infeksi SARS-CoV-2 awal dan mencapai tingkat dasar atau di bawahnya.
Kesimpulan
Temuan penelitian saat ini menunjukkan bahwa walaupun penyakit kardiovaskular meningkat lebih awal setelah Covid-19, diagnosis diabetes mellitus tetap meningkat selama minimal 12 pekan sebelum menurun lagi. Para penulis mengamati bahwa lonjakan awal dalam diagnosis CVD terutama disebabkan oleh emboli paru, aritmia atrium, dan trombosis vena.
Individu tanpa CVD atau diabetes mellitus yang sebelumnya sudah pernah tertular Covid-19 tidak menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap kejadian kedua kondisi ini. Para penulis sangat menganjurkan diet sehat dan olahraga untuk orang setelah pulih dari Covid-19.