Pasien Covid-19 Berisiko Lebih Besar Sakit Jantung dan Diabetes Pascainfeksi

Studi Inggris termukan risiko sakit jantung hingga diabetes pada pasien Covid-19.

Piqsels
Studi Inggris termukan risiko sakit jantung hingga diabetes pada pasien Covid-19.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi besar di Inggris menemukan pasien Covid-19 memiliki risiko lebih besar dengan masalah kardiovaskular dan diabetes setelah infeksi. Di samping tantangan akut Covid-19 dan kondisi persisten yang berbeda dari long covid, para peneliti mengamati pasien yang pulih bisa menderita strok, diabetes, dan penyakit jantung dalam beberapa bulan setelah infeksi. Namun, hasil jangka panjang dari Covid-19 masih belum jelas.

Baca Juga


Salah satu studi longitudinal terbesar tentang masalah itu diterbitkan pada awal tahun ini. Peneliti dari Washington University mengamati sekitar 150 ribu kasus Covid-19 selama 12 bulan. Subyek itu 55 persen lebih mungkin mengalami kejadian kardiovaskular serius setelah pulih.

Penelitian baru ini, yang dipimpin oleh tim dari King's College London, melihat catatan kesehatan dari 428.650 pasien Covid-19 di Inggris. Setiap pasien secara demografis dicocokkan dengan pasien kontrol, dan dua hasil kesehatan spesifik dilacak dalam 12 bulan setelah infeksi Covid-19.

Untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang risiko temporal Covid-19 dalam beberapa bulan setelah infeksi, periode tindak lanjut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu akut (empat minggu pertama setelah infeksi), pasca-akut (lima hingga 12 minggu setelah infeksi), dan long covid (13 hingga 52 minggu setelah infeksi).

Dalam hal diagnosis diabetes baru, penelitian ini menemukan risiko pasien melonjak 81 persen dalam empat minggu pertama setelah Covid-19. Selama tiga bulan pertama pascacovid, risiko diabetes tetap sekitar 27 persen di atas rata-rata sebelum kembali ke awal sekitar lima hingga enam bulan setelah infeksi awal.

Risiko kejadian kardiovaskular dilacak sepanjang waktu yang sama, dengan peningkatan enam kali lipat dalam kondisi jantung yang didiagnosis pada bulan pertama setelah infeksi. Peningkatan risiko ini menurun perlahan selama minggu-minggu berikutnya dan kembali ke tingkat dasar dalam tiga bulan.

“Penggunaan database nasional yang besar dari catatan kesehatan elektronik dari perawatan primer telah memungkinkan kami mengkarakterisasi risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus selama fase akut dan jangka panjang setelah infeksi Covid-19,” kata penulis utama Emma Rezel-Potts dilansir New Atlas, Jumat (22/7/2022).

Meskipun dalam empat minggu pertama pasien Covid-19 paling berisiko terhadap hasil ini, risiko diabetes melitus tetap meningkat setidaknya selama 12 minggu. Sementara itu, komplikasi kardiovaskular yang terkait dengan Covis-19 ditandai dengan baik, atau masih belum jelas secara pasti bagaimana penyakit ini dapat memengaruhi timbulnya diabetes. 

Hipotesis menyebut, kontak dengan sistem kesehatan karena covid telah menyebabkan dokter menangkap lebih banyak kasus diabetes yang tidak terdiagnosis, tetapi ada juga anggapan SARS-CoV-2 dapat secara langsung merusak sel pankreas dan mempercepat timbulnya diabetes pada mereka yang sudah rentan terhadap penyakit.

Pada akhirnya butuh waktu dan penelitian lebih lanjut memahami dengan tepat dampak jangka panjang dari satu, atau lebih, serangan Covid-19. Rekan penulis studi, Ajay Shah mengatakan temuan ini membantu dokter dan pasien tetap waspada terhadap kondisi ini, saat seseorang pulih dari kasus akut Covid-19.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler