Pengamat Tata Kota: Gedung Sarinah Bisa Jadi Pilihan Bagi Fenomena Citayam Fashion Week
Gedung Sarinah yang direvitalisasi bisa jadi alternatif salurkan kreativitas pemuda
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, turut merespons fenomena Citayam Fashion Week di kawasan SCBD dan Dukuh Atas yang mengguncang jagad maya beberapa waktu lalu. Menurut Nirwono, fenomena itu timbul karena kurangnya ruang terbuka yang dapat menampung aspirasi anak-anak muda.
Di Jakarta, sebetulnya ada banyak tempat yang yang diperuntukkan sebagai ruang berkreasi bagi anak-anak muda. Salah satunya adalah Gedung Sarinah yang baru saja selesai dipugar atas inisiasi Menteri BUMN Erick Thohir.
"Sejak awal Sarinah menawarkan tempat itu sebagai creative centre buat generasi muda," kata Nirwono.
Fenomena Citayam Fashion Week yang didobrak oleh para content creator Tiktok Bonge, Jeje, dan Roy kini malah dimanfaatkan oleh para kepala daerah untuk mengerek popularitasnya. Menurut Nirwono, tidak selayaknya didompleng oleh para kepala daerah untuk mengerek ketenaran.
Justru menurut Nirwono, fenomena ini seharusnya mendorong pemerintah kota dan kabupaten di wilayah Jabodetabek termasuk Citayam, Bojong Gede, dan Depok untuk menyediakan ruang-ruang publik atau taman kota yang menarik, terbuka untuk berbagai kegiatan anak muda, gratis, dan strategis.
Dia menambahkan, anak-anak muda tidak akan dicegah oleh petugas keamanan jika tidak menimbulkan vandalisme di ruang publik. Untuk itu, pusat kegiatan bisa diarahkan ke Gedung Sarinah yang baru saja direvitalisasi. Fenomena CFW ini menjadi dilema setelah viral video sejumlah remaja yang tidur di area Stasiun Sudirman dan Dukuh Atas.
Namun, munculnya fenomena ini seharusnya mendorong pemda untuk menyediakan ruang publik dan taman-taman lebih banyak yang menarik, desain kekinian, serta terbuka untuk menampung berbagai kegiatan anak muda di daerahnya masing-masing.
Menurut Nirwono, tren SCBD termasuk Citayam Fashion Week tidak akan berlangsung lama, karena kegiatan ini muncul saat liburan sekolah. Artinya ketika tahun ajaran baru dimulai, belum tentu kegiatan CFW akan berlangsung. Jika tidak dikelola dengan baik kegiatan ini tidak akan berlanjut.
Untuk itu, perlu tempat yang sangat terjangkau dan mudah diakses sebagai pengganti kawasan Dukuh Atas. Nirwono menyarankan agar Bonge CS mau memanfaatkan Gedung Sarinah untuk berkreasi.
Menanggapi wilayah Dukuh Atas yang dijadikan pusat kegiatan, Nirwono menilai wilayah Dukuh Atas dipilih sebab lebih mudah dicapai dengan KRL yang relatif terjangkau biayanya. Alasan lain yang dikemukakan adalah lokasi sangat strategis dekat pusat kota yaitu bundaran HI dan Monas yang merupakan titik transit dan lalu lalang para pekerja Bodetabek ke Jakarta.
“Jika mereka berkegiatan akan banyak yang menyaksikan,” ujar Nirwono menambahkan.