Alasan Mengapa Booster Kedua Patut Diberikan di Indonesia Menurut Mantan Pejabat WHO

Varian baru cenderung dapat menghindar dari sistem kekebalan tubuh yang terbentuk.

ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Vaksin Covid-19 penguat (booster) dosis kedua patut diberikan di Indonesia karena empat alasan. ilustrasi
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menilai vaksin Covid-19 penguat (booster) dosis kedua patut diberikan di Indonesia karena empat alasan. Salah satunya varian dan sub varian baru cenderung dapat menghindar dari sistem kekebalan tubuh yang terbentuk.


"Booster kedua memang patut diberikan di negara kita, setidaknya pada kelompok risiko tinggi, setidaknya karena empat alasan," kata pria yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (23/7/2022).

Pertama, efikasi vaksin primer akan menurun sesudah lebih dari 6 bulan. Kedua, varian dan subvarian baru cenderung dapat menghindar dari sistem imun yang terbentuk. Ketiga, kasus yang terus meningkat sekarang ini dan keempat adalah sesuai dengan kebijakan beberapa negara.

Bahkan, ia menyontohkan Singapura pada 10 Juni 2022 menyatakan bahwa booster kedua dapat diberikan pada semua penduduk 50 tahun ke atas. Kemudian, pada 1 Juli 2022, Kementerian Kesehatan Singapura merekomendasikan mereka di atas 18 tahun yang rentan terkena Covid-19 parah untuk mendapat booster kedua pula, setidaknya sesudah 5 bulan dari booster pertama. 

Di Malaysia, pada 20 Juli 2022 Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin menyebutkan bahwa Kasus Covid-19 kembali meningkat. Banyak yang tidak terinfeksi tahun terakhir namun kini terjangkiti. 

"Jadi kalau Anda berusia 50 tahun ke atas, sudah mendapat dosis penggalak (booster) pertama, Anda boleh mendapat dosis penggalak kedua," ujarTjandra menirukan menteri kesehatan Malaysia.

Kemudian, meskipun orang-orang di Malaysia yang berusia 50 ke atas dalam keadaan sehat dan tidak termasuk berisiko tinggi, mereka tetap boleh mendapatkan booster kedua di negeri beribu kota di Kuala Lumpur tersebut. Golongan lain yang juga boleh mendapatkan booster dosis kedua di sana adalah petugas garis depan dan individu yang berisiko tinggi tertular Covid-19. Dosis penguat kedua tersebut dapat diperoleh sekurang-kurangnya enam bulan setelah booster pertama diberikan.

Sementara itu ia menyebutkan di Eropa yaitu European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC)” dan “European Medicines Agency (EMA)” pada 11 Juli 2022 menyampaikan bahwa dengan kenaikan kasus sekarang ini maka perlu dipertimbangkan pemberian booster kedua pada mereka yang berusia antara 60 dan 79 tahun dan juga kelompok rentan berapapun usia mereka. Booster kedua di Eropa ini dapat diberikan setidaknya 4 bulan sesudah booster pertama, tetapi prioritasnya memang untuk mereka yang sudah mendapat booster pertama lebih dari 6 bulan sebelumnya.

Kemudian, di Amerika Serikat, pada 29 Maret 2022 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)” Amerika Serikat sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa mereka dengan gangguan imunologi tertentu dan mereka yang berusia di atas 50 tahun dan telah dibooster pertama maka dapat diberikan booster kedua dengan vaksin messenger RNA (mRNA) untuk meningkatkan perlindungan terhadap terkena Covid-19 yang berat.

"Karena cakupan booster kita masih rendah maka perlu dijalankan bersamaan antara peningkatan cakupan booster (pertama) bersamaan dengan ketersediaan booster kedua pada kelompok risiko tinggi," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler