Kemiskinan Memaksa Anak-Anak Afghanistan Bekerja di Pabrik Batu Bata
Anak-anak di Afghanistan terpaksa meninggalkan bangku sekolah demi memperoleh uang.
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Anak-anak di Afghanistan terpaksa meninggalkan bangku sekolah demi memperoleh uang dengan bekerja di pabrik batu bata. Pemilik pabrik batu bata mengatakan karena masalah ekonomi, jumlah keluarga yang bekerja di pabrik-pabrik ini meningkat.
Menurut mereka, hanya dalam tiga pabrik batu bata, 170 keluarga dengan anak-anak mereka terlibat dalam kerja paksa. “Ada 170 keluarga yang bekerja membuat batu bata, dan ada sekitar 60 orang yang datang ke sini tanpa keluarga. Semua keluarga ini berasal dari Jalalabad,” kata Awozubillah, pemilik pabrik batu bata kepada TOLOnews dilansir Senin (25/7/2022).
Keluarga yang bekerja di pabrik mengatakan demi mencari makanan, anak-anak mereka dikeluarkan dari sekolah dan sibuk bekerja di pabrik dari pagi hingga sore. “Saya bekerja di sini untuk menyediakan sepotong roti untuk keluarga saya, meskipun itu tidak banyak membantu,” kata Javid, seorang buruh yang bekerja di pabrik.
Emran, yang berusia sembilan tahun, meninggalkan sekolah untuk memberi makan keluarganya. Dia mengatakan bahwa dua saudara perempuannya juga bekerja di pabrik dari pagi hingga sore, dan pada akhir hari total pendapatan mereka kurang dari lima. ratus Afgani.
"Kami harus bekerja untuk menyediakan sepotong roti untuk makan,” kata Emran.
Jan Alam, yang bertugas membawa keluarga dari Nangarhar ke Kabul, mengatakan mereka membayar 350 Afgani pada setiap keluarga untuk membuat 1000 batu bata. Ia menambahkan, sejauh ini pihaknya membawa 70 keluarga ke pabrik.
“Anak-anak dari keluarga membawa pasir dan orang tua mereka bekerja membuat batu bata,” kata warga Nangarhar tersebut. Para pemilik pabrik juga menyatakan bahwa seiring dengan kenaikan harga batu bara, pendapatan para pekerja di pabrik-pabrik tersebut mengalami penurunan.