Rusia akan Dorong Kelanjutan Proses Damai Israel-Palestina
Rusia akan melanjutkan upaya untuk memulai kembali proses perdamaian Israel-Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia akan melanjutkan upaya untuk memulai kembali proses perdamaian Israel-Palestina di bawah payung Kuartet Timur Tengah yang turut melibatkan Uni Eropa, PBB, dan Amerika Serikat (AS) sebagai mediator internasional. Dalam hal ini Moskow mendukung pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
"Kami secara konsisten mendukung dimulainya kembali negosiasi langsung Palestina-Israel, yang akan menghasilkan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dengan mempertimbangkan masalah keamanan nasional Israel," kata Deputi Satu Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Selasa (26/7/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Polyansky menilai, upaya multilateral untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina perlu ditingkatkan, termasuk dalam format mediator internasional Kuartet Timur Tengah. “Dengan ini, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama dengan mitra Kuartet untuk mengefisienkan pekerjaan dari format yang disetujui Dewan Keamanan PBB ini,” ucapnya.
Dia menekankan pentingnya koordinasi mediator internasional dengan mitra regional. "Inisiatif Rusia untuk mengadakan pertemuan tingkat menteri Kuartet Timur Tengah yang diperluas dengan anggota kunci Liga Arab didorong persis oleh ini," kata Polyansky.
Namun dia cukup menyesalkan kurangnya ketertarikan atau minat AS dalam melanjutkan kembali pekerjaan Kuartet Timur Tengah. "Sayangnya, masalah ini tetap tidak terselesaikan karena kurangnya minat di AS untuk memulai kembali aktivitas Kuartet," tuturnya.
Kendati demikian, Polyansky menekankan, Rusia akan melanjutkan upayanya, termasuk koordinasi aksi bersama untuk kembali ke jalur proses penyelesaian Timur Tengah demi solusi adil dari masalah Palestina.
“Seperti yang ditunjukkan oleh praktik, upaya untuk memonopoli pemukiman dan memaksakan perdamaian ekonomi pada rakyat Palestina alih-alih secara adil menghormati aspirasi mereka untuk menciptakan negara merdeka mereka sendiri tidak mengarah dan tidak dapat mengarah pada hasil nyata,” kata Polyansky.