Begini Cara Ubah Koleksi Tas Bermerek Menjadi Investasi Masa Depan
Sebuah barang seperti tas mewah bisa jadi investasi bila memang harganya naik terus seiring berjalannya waktu.
Bentuk investasi bisa beraneka rupa, mulai dari tabungan, emas, saham, tanah, hingga barang bermerek seperti tas mewah. Perencana keuangan Rista Zwestika mengatakan, kini kian banyak orang yang berminat membeli barang bermerek preloved alias yang sudah pernah dipakai.
"Pasar barang mewah preloved memiliki nilai 40 miliar dolar AS secara global," kata Rista dalam bincang-bincang di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu 27 Juli 2022.
Pasar barang mewah preloved diperkirakan akan terus naik dalam lima tahun ke depan dengan kenaikan rata-rata 15 sampai 20 persen per tahun. Salah satu faktor yang menarik konsumen barang preloved adalah aspek berkelanjutan karena membeli barang preloved artinya memperpanjang usia sebuah barang.
Kendati demikian, tak semua barang mewah seperti tas bisa dijadikan investasi di masa depan. Sebuah barang bisa jadi investasi bila memang harganya naik terus seiring berjalannya waktu. Maka, seseorang harus jeli dalam memilih koleksi yang tak lekang dimakan waktu dan bakal terus disukai meski sudah bertahun-tahun berlalu.
Tren yang berlaku di Indonesia belum tentu sama dengan negara lain. Jadi, saat ada tas mewah yang laku di negara lain, bisa saja tas dengan model yang sama ternyata tak banyak peminat.
Maka, pengetahuan mengenai fashion juga harus terus diasah agar koleksi barang mewah yang dimiliki bisa menjadi investasi. Apa merek-merek tas yang patut dipertimbangkan bila ingin menjadikannya investasi?
Rista menuturkan, beberapa tas yang digemari di Indonesia adalah Classic Flap dari Chanel, Birkin dari Hermes, Neverfull dari Louis Vuitton, dan Lady Dior. Agar kelak bisa dijual lagi, tentu tas harus dijaga baik-baik agar kondisinya tetap prima sehingga harganya tidak anjlok.
Adapun Chief Irresistible Bazaar, Marisa Tumbuan, menyatakan, jika memang perlu, bawalah koleksi tas ke tempat khusus untuk membersihkan tas agar kondisinya tetap bagus. "Sebagai pemakai harus pintar jaga kondisi, saat menyimpan juga kalau salah perlakuannya nanti bisa rusak," kata Marisa.
Marisa, pendiri platform marketing produk barang bermerek preloved ini menuturkan, konsumen di Indonesia pada umumnya lebih mengikuti tren dengan pilihan warna netral karena mudah dipadupadan dengan berbagai busana. Ada jenis tas dengan warna mencolok yang sebetulnya laku di negara lain, tapi harganya justru jatuh di Indonesia karena kurang peminat.
"Hermes oranye di luar negeri laku, di Indonesia jatuh harganya karena dianggap sulit untuk padu padan padahal semua tergantung kepercayaan diri si pemakai," jelas Marisa.
Laku atau tidaknya sebuah tas mewah juga dipengaruhi siapa yang memakai. Bila ada pesohor yang terlihat mengenakan tas tertentu, ada kemungkinan model tas tersebut kian diminati karena orang-orang ingin mengikuti gayanya.