Bank Dunia: Tak Ada Rencana Baru Biayai Sri Lanka

Sri Lanka diminta mengatasi akar masalah struktural yang menyebabkan krisis.

AP Photo/Eranga Jayawardena
Orang-orang berjalan kaki untuk bekerja di pagi hari di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, Senin, 25 Juli 2022. Krisis ekonomi Sri Lanka telah membuat 22 juta orang negara itu berjuang dengan kekurangan bahan pokok, termasuk obat-obatan, bahan bakar dan makanan.
Rep: Lintar Satria Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia tidak berencana untuk menawarkan pembiayaan baru ke Sri Lanka sampai negara itu memiliki kerangka kebijakan makroekonomi yang memadai. Dalam pernyataannya, Jumat (29/7/2022) Bank Dunia menekankan Sri Lanka harus melakukan reformasi struktural yang fokus pada stabilitas ekonomi dan mengatasi akar masalah struktural yang menyebabkan krisis.

Pada awal bulan ini  Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan pemerintahnya yang kehabisan dana membutuhkan setidaknya 5 miliar dolar AS untuk enam bulan ke depan demi memenuhi kebutuhan hidup dasar masyarakat. Termasuk untuk impor bahan bakar sebesar 3,3 miliar dolar.
Baca Juga


"Hanya menetapkan stabilitas ekonomi tidak cukup, kami harus restruktur seluruh ekonomi," kata Ranil Wickremesinghe pada parlemen, Selasa (7/6/2022).

Wickremesinghe sedang mempersiapkan anggaran sementara untuk menyeimbangkan keuangan publik yang goyah. Negara yang berpopulasi 22 juta orang itu mengalami krisis ekonomi terburuk dalam tujuh dekade.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler