Batuk Hingga Tiga Pekan? Waspadai Kanker Paru

Menemukan kanker lebih dini berpotensi menyelamatkan nyawa.

www.depositphotos.com
Batuk (ilustrasi). Selain batuk yang tak kunjung sembuh hingga tiga pekan, batuk berdarah dan sesak napas yang terus-menerus juga termasuk gejala lain kanker paru yang perlu diwaspadai.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batuk yang tak kunjung sembuh dan terus berlangsung lama bisa dipicu oleh beberapa macam masalah kesehatan. Salah satu di antaranya adalah kanker paru.

Batuk yang berkaitan dengan kanker paru biasanya berlangsung lebih dari tiga pekan. Selain itu, penderita juga bisa mengalami batuk berdarah atau merasa sesak terus-menerus. Bila mengalami batuk yang seperti ini, para ahli mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

"Mungkin gejala tersebut bukan kanker, tetapi ini bisa menemukan (kanker) lebih dini sehingga dapat menyelamatkan jiwa," kata National Clinical Director for Cancer, Prof Peter Johnson, seperti dilansir Express, Senin (1/8/2022).

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang sangat mematikan. Bahkan pada 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia.

Baca Juga


Pada tahun tersebut, ada sekitar 1,8 juta kematian di dunia yang terjadi karena kanker paru. Mengenali dan mewaspadai gejala kanker paru dapat membuat penyakit ini ditemukan dan diobati lebih dini. Dengan begitu, penderita kanker paru bisa mencapai hasil pengobatan dan harapan hidup yang lebih baik.

"Kita tahu bahwa faktanya sebagian besar orang yang terdiagnosis dengan kanker paru secara cepat akan bertahan hidup," kata National ancer Director untuk National Health Service (NHS), Cally Palmer.

Selain batuk yang tak kunjung sembuh hingga tiga pekan, batuk berdarah, dan sesak napas yang terus-menerus, NHS mengungkapkan bahwa ada beberapa gejala lain yang juga perlu diwaspadai. Sebagian dari gejala tersebut adalah infeksi dada yang kerap kambuh, rasa nyeri saat bernapas atau batuk, batuk semakin memburuk, dan rasa lelah atau kurang energi yang terus berlanjut.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengungkapkan bahwa faktor risiko terbesar kanker paru adalah kebiasaan merokok. Di Amerika Serikat, kebiasaan merokok berkaitan dengan sekitar 80-90 persen kematian kanker paru.

Penggunaan produk tembakau dalam bentuk lain seperti cerutu atau pipa juga dapat meningkatkan kanker paru. Menurut CDC, asap dari tembakau mengandung lebih dari 7.000 zat kimia beracun.

Berkaitan dengan banyaknya dampak buruk dari rokok, ada banyak negara yang menerapkan aturan ketat terkait merokok. Sebagian di antaranya adalah Irlandia, Yunani, Bulgaria, Malta, Spanyol, dan Hungaria.

Di Inggris, Cancer Research UK juga menyuarakan pelarangan rokok. Hal ini terjadi karena tiga dari 20 kasus kanker di Inggris disebabkan oleh kebiasaan merokok.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler