Anggota DPR Anggap Super Garuda Shield Perkuat Kemitraan Indonesia-AS

Christina menilai, prajurit TNI dapat memetik berbagai manfaat dalam SGS 2022.

Dispenad
Bendera RI-AS dibentangkan dalam Upacara Penutupan Latma Garuda Shield 15 Tahun 2021 di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan, Sabtu (14/8).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Christina Aryani menganggap, latihan militer gabungan Super Garuda Shield (SGS) 2022 memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dan AS. Hal itu sekaligus mendorong kerja sama regional untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.


"Latihan ini sebagai hal yang positif karena selain memperkuat kemitraan strategis Indonesia-AS juga mendorong kerja sama regional untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Christina di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Baca: Jenderal Andika Promosikan Kolonel Hamim yang Dulu Pernah Dimarahinya Jadi Kadispenad

Latihan gabungan SGS dilaksanakan pada 1-14 Agustus 2022 di tiga lokasi berbeda, yaitu Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, Puslatpur Marinir Dabo Singkep, dan Puslatpur Amborawang. Christina menjelaskan, latihan gabungan militer itu akan membawa manfaat positif, baik dalam konteks kemitraan Indonesia dan AS maupun peningkatan kapasitas TNI.

Hal itu termasuk upaya bersama mendorong kerja sama regional di kawasan Indo-Pasifik. Sehingga, politikus Partai Golkar itu menilai, kesempatan baik tersebut dimanfaatkan secara maksimal.

"Latihan gabungan skala besar yang mencakup latihan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara tersebut mendapat atensi DPR RI karena komitmen yang besar dalam konteks peningkatan kapasitas prajurit TNI serta dinamika ancaman kawasan yang membutuhkan penguatan kerja sama regional," ujar Christina.

Baca: Di Lanud Iswahjudi, Menhan Prabowo Ingin TNI AU Unggul dan Kuat

Melalui interaksi dengan tentara asing, kata Christina, prajurit TNI dapat memetik berbagai manfaat di antaranya pertukaran ilmu, teknik, taktik maupun prosedur yang diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme mereka. Selain itu, sambung Christina, di level praktis, latihan tersebut membuka wawasan prajurit, bisa mempraktikkan bahasa asing, dan tentunya memperluas pergaulan.

"Peningkatan kapasitas merespon beberapa hasil kunjungan kerja ke luar negeri, seperti Belanda dan Italia, yang menemukan adanya kendala bahasa asing bagi prajurit TNI untuk dikirim belajar ke luar negeri," kata Christina.

Dia mengaku, setiap keluar negeri selalu menanyakan kepada Atase Pertahanan di KBRI apakah ada kesempatan bagi personel TNI untuk dikirim belajar ke luar negeri. Christina menjelaskan, kesempatan tersebut memang ada, tapi sangat terbatas jumlahnya. Biasanya, bentuknya bukan beasiswa penuh dan ada kendala menyangkut bahasa.

"Karena itu kesempatan latihan militer gabungan seperti ini menjadi alternatif yang sangat baik, mengingat dampaknya bisa dirasakan oleh lebih banyak lagi personil militer kita," ujar Christina.

Baca: Direktur Pertahanan dan Dubes Siber Inggris Bertemu Prabowo dan Andika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler