Naskah Khutbah Jumat: Mendalami Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim seharusnya mendorong kita lebih bersyukur.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Waskito Hartoono, Penulis Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 3 Banjarsari Ciamis
اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Pertama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunianya. Terutama nikmat Iman dan Islam, sehingga karena keduanyalah langkah kaki kita mudah digerakan ketempat ini untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya.
Untuk itu, mari kita wujudkan bentuk syukur terbaik itu dengan selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sahabat Abu Hurairah Radhiyaallahu ‘Anhu mengilustarikan makna takwa dengan permisalan berhati-hati dalam menjalan hidup sebagai berikut:
”Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?” Orang itu menjawab, ”Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.” Abu Hurairah cepat berkata, ”Itulah dia takwa!” (HR Ibnu Abi Dunya).
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Kedua, marilah kita juga bersalawat dan salam untuk baginda kita yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam atas segala perjuangan dan uswatun hasanahnya. Sehingga kita bisa merasakan manisnya Islam dan mengetahui role model menjadi pribadi yang baik.
Bayangkan bila beliau tidak dengan gigih berjuang menyampaikan Islam dan mencontohkan pribadi yang begitu mulia. Tentu hari ini kita pasti berada dalam kegelapan dan tidak memiliki patokan dalam membentuk pribadi yang mulia.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Ada dua nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang begitu dominan. Kedua nama Allah yang dimaksud adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim.Salah satu bukti bagaimana nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim itu begitu dominan terwujud dalam surat Al-Fatihah ayat pertama:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (QS. Al-Fatihah: 1)
Apalagi dalam ajaran Islam lafadz basmalah itu didorong untuk digunakan dalam mengawali beragam amalan kita. Tentu di dalamnya ada kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Lalu perntanyaan berikutnya, apa hikmah dari kedua nama tersebut?. Sehingga begitu dominan dalam praktek berislam kita.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Keduanya memiliki akar kata yang sama dalam bahasa arab. Sama-sama memiliki akar yang sama dengan kata Rahmat yang berarti kasih sayang.
Untuk itu, Quraish Shihab dalam bukunya Al-Asma Al-Husna: Mengenal Nama-Nama Allah lebih menjelaskan bahwa dua kata yang seakar, bila berbeda timbangan, pasti mempunyai perbedaan makna. Kata Ar-Rahman memiliki timbangan kata Fa’laan (فَعْلًا) dan biasanya menunjukan kesempurnaan dan kesementaraan. Sedangkan Ar-Rahim memiliki timbangan kata Fa’iil (فَعِيل) yang biasanya menunjukan kesinambungan dan kemantapan.
Oleh karena itu, kata Rahman dipahami Muhammad Abduh sebagai Rahmat Tuhan yang sempurna tapi bersifat sementara dan dicurahkan kepada seluruh makhluk. Berarti Ar-Rahman itu bermakan tentang Rahmat Allah yang menaungi seluruh makhluknya, tanpa memandang mukmin ataupun kafir. Sedangkan sifatnya tidak langgeng atau hanya sementara di dunia.
Sedangkan Ar-Rahim patronnya adalah kemantapan dan kesinambungan, maka ia menunjukan kepada sifat dzat Allah yang memberikan kemantapan nikmatnya yang berkesinambungan. Hanya saja, kemanatapan dan kesinambungan nikmat-Nya hanya dapat wujud diakhirat kelak. Di sisi lain, rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang yang taat dan bertakwa.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Sepenggal paparan yang menjelaskan tentang makna Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim sebelumnya, seharusnya mendorong kita lebih bersyukur. Dimana kita seorang mukmin itu punya keempatan lebih dalam meraih kasih sayangnya Allah. Selain mendapatkan Rahman yang sempurna namun sementara di dunia ini, Seraong mukmin juga berkesempatan mendapatkan Rahiim yang nimkatnya mantap dan langgeng diakhirat kelak itu.
Untuk itu, marilah kita terus meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah agar nikmat-Nya dijaga dan ditambahkan kepada kita. Sebagaimana firmannya:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7).
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini, kami sekali lagi mengajak kepada kita semua untuk senantiasa meningkatkan terus wujud syukur kita kepada Allah. Caranya dengan selalu meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah. Apalagi tadi, seorang mukmin memiliki dua kesempatan meraih Rahman-Nya Allah di dunia dan Rahim-Nya Allah yang langgeng di akhirat. Sehingga apa yang sementara kita dapatkan dimuka bumi Allah lipat gandakan nikmatnya. Serta nikmat yang mantap dan langgeng diakhirat kelak juga Allah lipat gandakan. Amin ya Rabbal ‘alamin.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَعْوَاتِ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الْإِيْمَانَ وَالحِكْمَةَ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يَشْكُرُوْا نِعْمَتَكَ الَتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ.
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَجَنِّبْنَا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فيْ أَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا ، وَأَزْوَاجِنَا ، وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ ، مُثْنِيْنَ بِهَا ، قَابِلِيْهَا ، وَأَتَمَّهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيِنَ، وَ اخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ, وَاهْلِكِ الكِفِرِةِ وِ المُشْرِكِيْنَ, أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ, وَاجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِيْنَ, وَ اجْعَلْنَا مِنَ المُفْلِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, َقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ, وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ