Israel Kerahkan Pasukan Keamanan Ekstra di 48 Wilayah Palestina
Cegah kemungkinan aksi protes terhadap pengeboman Gaza, Israel tingkatkan pengamanan.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Israel telah meningkatkan pengamanan di kawasan yang didudukinya, termasuk di 48 wilayah Palestina. Mereka telah memobilisasi polisi di dalam kota-kota Palestina untuk mencegah protes yang mungkin terjadi dalam solidaritas terhadap Gaza di tengah pengeboman oleh Tel Aviv.
Dilansir dari Alarabia, Ahad (7/8/2022), Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Omer Bar-Lev pada Jumat (6/8/2022) menandatangani perintah untuk merekrut dan memanggil tim penjaga perbatasan di kota-kota bersejarah di pesisir Palestina yang dikuasai Israel. Acre, Haifa, Lod dan Ramleh termasuk di dalamnya.
Setelah Israel mulai mengebom Jalur Gaza yang terkepung pada Jumat (5/8/2022), polisi meningkatkan tingkat kesiagaannya dan menempatkan polisi perbatasan dalam keadaan siaga. Sejauh ini, 10 orang termasuk seorang anak perempuan berusia lima tahun tewas.
Peringatan keamanan telah dinaikkan ke Level B, level tertinggi kedua. Sementara itu, kantor polisi di Lod, Acre, Haifa dan Jaffa, kota-kota dengan populasi Palestina yang signifikan, telah membuka perekrutan personel.
Pengerahan itu dipandang sebagai strategi "pelajaran yang dipetik" Israel menyusul gelombang kekerasan yang pecah ketika rakyat Palestina memulai protes damai dalam solidaritas terhadap pengeboman Gaza pada Mei tahun lalu. Saat itu, Israel merespons dengan serangan balik hingga meningkatkan serangan dengan kekerasan oleh polisi dan serangan massa terhadap warga Palestina, termasuk hukuman mati tanpa pengadilan terhadap seorang pria Palestina yang ditayangkan langsung di TV.
Pada April, tentara Israel menambah kasus bentrokan antara warga Yahudi dan Palestina di dalam perbatasan yang dibuat pada 1948 dalam skenario yang direncanakan untuk menahan peningkatan konflik di masa depan. Beberapa skenario yang direncanakan melibatkan bentrokan serius di kota-kota Palestina dan Yahudi yang membutuhkan pengerahan polisi dalam jumlah besar.
Organisasi hak asasi manusia mengatakan warga Palestina di Israel secara tidak proporsional menjadi sasaran polisi Israel. Pada Jumat lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza untuk membidik markas atau situs kelompok Jihad Islam.
Komandan Jihad Islam, Tayseer al-Jaabari, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Israel pun mengklaim berhasil membunuh 15 'teroris' lainnya.
"Israel melakukan operasi kontra-teror yang tepat terhadap ancaman langsung,” kata Perdana Menteri Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan yang disiarkan stasiun televisi Israel.
Lapid menegaskan, Israel akan melakukan apa pun untuk membela rakyatnya. "Pertarungan kami bukan dengan rakyat Gaza. Jihad Islam adalah proksi Iran yang ingin menghancurkan Israel dan membunuh warga Israel yang tak bersalah," ujarnya.
Meski membidik markas atau situs Jihad Islam, menurut pejabat kesehatan di Gaza, serangan udara Israel pada Jumat lalu turut menewaskan 10 orang. Sebanyak 55 orang lainnya juga mengalami luka-luka.
Jihad Islam akhirnya membalas serangan Israel pada Jumat malam. Mereka meluncurkan lebih dari 100 roket ke kota-kota di Israel selatan dan tengah, termasuk Tel Aviv.
Serangan roket Jihad Islam memicu sirine di daerah Israel selatan dan tengah. Di Tel Aviv, sejumlah saksi mengatakan mereka mendengar ledakan. Namun, sirene di sana tak bunyi. Sementara itu, stasiun televisi Israel menampilkan sejumlah roket yang diluncurkan Jihad Islam ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.