Omicron Sedang Mendominasi di Inggris, Long Covid Pengaruhi Rambut dan Gairah Seks

Kerontokan rambut dan penurunan gairah seks termasuk gejala long Covid.

Flickr
Rambut rontok (Ilustrasi). Menurut penelitian baru, kerontokan rambut dan penurunan gairah seks termasuk serangkaian gejala long Covid.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Long Covid ditandai dengan gejala Covid-19 yang bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah infeksi hilang. Studi baru yang diterbitkan pada Juli telah memperluas daftar kemungkinan gejala long Covid.

Menurut penelitian baru, kerontokan rambut dan penurunan gairah seks termasuk serangkaian gejala long Covid. Studi yang dipublikasikan di Nature Medicine itu, menemukan gejala long Covid paling umum ialah kehilangan penciuman, sesak napas nyeri dada, amnesia, ketidakmampuan untuk melakukan gerakan atau perintah yang sudah dikenal, serta halusinasi.

Pola gejala cenderung dikelompokkan menjadi gejala pernapasan, kesehatan mental, dan masalah kognitif, serta gejala yang lebih luas. "Gejala yang kami identifikasi dapat membantu dokter dan pengembang pedoman klinis untuk meningkatkan penilaian pasien dengan efek jangka panjang dari Covid-19, dan untuk selanjutnya mempertimbangkan bagaimana beban gejala ini dapat dikelola dengan baik," ujar peneliti, seperti dikutip dari laman Express, Ahad (7/8/2022).

Studi tersebut menemukan orang yang dites positif terkena SARS-CoV-2 melaporkan 62 gejala lebih sering pada 12 pekan setelah infeksi awal dibandingkan mereka yang tidak tertular virus. Berdasarkan daftar National Health Services (NHS), gejala umum Covid-19 antara lain kelelahan, sesak napas, nyeri dada atau sesak, dan kabut otak.

Para peneliti dari University of Birmingham menganalisis catatan kesehatan elektronik anonim dari 2,4 juta orang di Inggris bersama tim dokter dan peneliti di seluruh Inggris. Data yang diambil antara Januari 2020 hingga April 2021 terdiri dari 486.149 orang dengan infeksi sebelumnya dan 1,9 juta orang tanpa indikasi infeksi virus corona setelah dicocokkan dengan diagnosis klinis lainnya. Menggunakan data dari pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, tim peneliti mampu mengidentifikasi tiga kategori gejala yang berbeda.

Baca Juga


Anuradhaa Subramanian, peneliti di Institute of Applied Health Research, University of Birmingham dan penulis utama makalah ini mengatakan, analisis data mereka tentang faktor risiko sangat menarik karena membantu mempertimbangkan apa yang berpotensi menyebabkan atau berkontribusi terhadap long Covid. Perempuan, misalnya, lebih mungkin mengalami penyakit autoimun.

Melihat peningkatan kemungkinan perempuan memiliki long Covid dalam penelitian tersebut meningkatkan minat mereka untuk menyelidiki apakah autoimunitas atau penyebab lain dapat menjelaskan peningkatan risiko pada perempuan.

"Pengamatan ini akan membantu untuk lebih mempersempit fokus pada faktor-faktor untuk menyelidiki apa yang mungkin menyebabkan gejala terus-menerus ini setelah infeksi, dan bagaimana kami dapat membantu pasien yang mengalaminya."

Lebih dari empat juta warga Inggris saat ini diperkirakan memiliki gejala Covid-19. Prevalensi saat ini berasal dari infeksi BA.4 dan BA.5, dua subvarian terbaru dari omicron.

Subvarian tersebut memiliki kapasitas untuk menginfeksi orang yang kebal terhadap bentuk awal omicron dan varian lainnya. Meskipun kekebalan yang dibangun di antara populasi berarti lonjakan terbaru mengakibatkan penyakit yang lebih ringan, tingkat infeksi yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan kasus long Covid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler