Tafsir Surat Al Hajj Ayat 46: Alquran Contohkan Orang yang Buta Hatinya

Kaum musyrik Makkah tidak mau menerima kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad.

Wihdan Hidayat / Republika
Jamaah mengikuti Semaan Alquran di Masjid Agung Magelang, Jawa Tengah, Selasa (12/4/2022). Tafsir Surat Al Hajj Ayat 46: Alquran Contohkan Orang yang Buta Hatinya
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran mencontohkan orang yang buta hatinya yakni kaum musyrik Makkah yang tidak mau menerima kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Padahal mata lahir mereka sering melihat bukti bekas kaum terdahulu yang diazab akibat mendustakan dan menentang para Nabi dan Rasul.

Baca Juga


Namun, mata hati mereka buta sehingga bukti-bukti itu dan kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW tidak mau mereka dengarkan. Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Hajj Ayat 46 dan tafsirnya.

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ

Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada dalam dada. (QS Al-Hajj: 46)

Maksud ayat ini adalah Allah bertanya kepada orang-orang yang menolak ajaran Allah yang dibawa Rasulullah SAW, "Maka apakah mereka tidak pernah berjalan di bumi menyaksikan peninggalan umat terdahulu atau mengkajinya secara mendalam sehingga kalbu, kecerdasan emosi, dan spiritual mereka dapat memahami atau merenungkan ajaran Alquran atau telinga mereka dapat mendengar ajakan Rasul untuk beriman kepada Allah?"

Mata, telinga, dan pikiran mereka tertutup. Oleh sebab itu, sejatinya bukan mata lahiriah mereka itu yang buta sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebenaran ajaran Rasulullah SAW. Tetapi yang buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka.

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat ini, orang-orang musyrik Makkah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad SAW sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Makkah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab.

Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum ‘Ad dan kaum Tsamud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu‘aib dan sebagainya.

Orang-orang musyrik Makkah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan tindakan mereka mengingkari seruan Nabi Muhammad SAW dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para Rasul yang diutus kepada mereka? Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah.

Allah Maha Kuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya. Melihat sikap orang-orang musyrik Makkah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu adalah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu.

Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler