Tak Mampu Menangis Saat Baca Alquran, Tanda Hati Muslim Keras? 

Membaca Alquran hendaknya disertai perenungan mendalam untuk lembutkan hati

Wihdan Hidayat / Republika
Membaca Alquran (Ilustrasi). Membaca Alquran hendaknya disertai perenungan mendalam untuk lembutkan hati
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Imam Al-Iraqi melalui kitab takhrij hadits yang mentakhrij hadits-hadits dalam kitab Ihya Ulumiddin, menyampaikan Alquran diturunkan dengan kesedihan, maka bersedihlah saat membacanya. 

Baca Juga


Apa yang Imam Al-Iraqi sampaikan itu merujuk pada riwayat dari Ibnu Umar, yang diriwayatkan Abu Ya'la dan Abu Na'im dalam al-Hilyah, dengan sanad yang lemah. Meski begitu, seorang Muslim boleh membaca Alquran dengan perenungan yang mendalam. 

Bersedih ketika membaca ayat yang mengandung keseddihan, dan merasa optimistis saat membaca ayat-ayat yang mengandung optimisme. 

Imam Al-Iraqi bernama lengkap Al-Imam Al-Hafidz Zainuddin Abu al-Fadhl Abdurrahim bin Al-Husain bin Abdurrahman bin Abi Bakr bin Ibrahim al-Iraqi asy-Syafi'i al-Mishri. 

Dia menjelaskan, di antara adab dalam membaca Alquran adalah menangis saat membaca ayat-ayat tentang azab, hari kiamat, dan keadaan akhirat, serta kengerian di dalamnya. 

Dalam kondisi inilah seorang Muslim perlu melakukan introspeksi atas kelalaian atau kekurangan dirinya. 

Jika tidak mampu menangis, maka seorang Muslim harus mengusahakannya. Perlu ada upaya mencoba membuat dirinya menangis saat membaca ayat-ayat Alquran tentang azab, siksaan, hari kiamat, kengerian di dalamnya dan semacamnya. 

Bersedih demi dirinya sendirinya, demi hati dan jiwanya. Dengan begitu, hati yang keras menjadi lunak dan ini merupakan bentuk keberkahan Allah SWT. 

Sebagaimana Rasulullah SAW yang biasa menangis saat membaca ayat demi ayat Alquran. Salah satu ayat yang membuat Nabi Muhammad SAW menangis saat membacanya, adalah Surat Ali Imran ayat 191-192.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, benar-benar ada tanda-tanda bagi ulul albab. Mereka itulah yang selalu menyebut nama Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, atau ketika berbaring. Dan, orang-orang yang memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka kemudian berkata, 'Wahai Tuhan kami, segala yang Engkau ciptakan ini tidak ada yang sia-sia. Mahasuci Engkau, karena itu, lindungilah kami dari siksa api neraka'." 

Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya

Ayat tersebut turun ketika Nabi SAW sedang sholat Tahajud pada malam hari. Sesudahnya, beliau SAW langsung tersungkur menangis karena tidak kuasa betapa dalamnya makna yang terkandung dalam ayat ini. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menjelaskannya. 

Imam Az-Zamakhsyari dalam kitab Tafsirnya "Al-Kasyyaf An Haqaiq Ghawamidit Tanzil" menyampaikan, Alquran itu melembutkan hati dan membuat basah matanya. 

Orang yang membaca Alquran dapat membuat hati semakin lembut dan membuat dia menangis. Tangisan saat membaca Alquran tanda hadirnya hati untuk merenungi dan meresapi firman-firman Allah SWT.

 

Sumber: islamonline    

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler