Stok Vaksin Cacar Monyet tidak Cukup, FDA Anjurkan Cara Ini untuk Menghemat Dosis

Vaksin akan disuntikkan dengan dosis yang lebih kecil tepat di bawah permukaan kulit.

Lea Suzuki/San Francisco Chronicle via AP
Seorang ahli farmasi menunjukkan vaksin Jynneos untuk cacar monyet di sentra vaksinasi Zuckerberg San Francisco General Hospital, AS, pad Jumat, 29 Juli 2022. Ketersediaan vaksin Jynneos terbatas.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus cacat monyet di Amerika Serikat terus meningkat. Sementara itu, jumlah vaksinnya tidak mencukupi.

Amerika Serikat pun memberikan lampu hijau resmi kepada administrator vaksin di seluruh negeri untuk mencoba penghematan dosis vaksin cacar monyet. Biasanya, seseorang yang menerima vaksin cacar monyet akan mendapatkan dua dosis vaksin, dengan selang waktu empat pekan, diberikan ke dalam jaringan subkutan atau lemak lengan.

Namun, pasokan vaksin Jynneos, satu-satunya suntikan yang saat ini digunakan untuk mencegah cacar monyet di AS, terbatas. Untuk menambah pasokan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan kepada dokter, mereka sekarang disarankan untuk menyuntikkan dosis vaksin yang lebih kecil tepat di bawah permukaan kulit.

FDA menyarankan satu botol vaksin dapat dibagi menjadi lima dosis. Mengutip makalah tahun 2015, FDA mengatakan teknik ini (suntikan intradermal) dapat memberikan respons imun yang sama seperti injeksi subkutan dan itu dapat membantu melindungi lebih banyak orang sebelum persediaan habis.

Baca Juga



Namun, menurut Dr Demetre Daskalakis, wakil koordinator National Monkeypox Response Gedung Putih, meningkatkan pasokan lima kali lipat mungkin bukan solusi yang sempurna.

"Saya pikir kita akan melihat bahwa kita kemungkinan masih akan kehabisan vaksin sebelum kita kehabisan senjata," ujar Daskalakis, seperti dilansir laman Insider, Kamis (11/8/2022).

Penghematan dosis untuk monkeypox akan memungkinkan dokter memvaksinasi lima kali lebih banyak orang dengan jumlah vaksin yang sama. "Dengan memberikan dosis 20 persen ke lapisan atas kulit, penyedia menciptakan kantong tempat vaksin pergi," ujar Komisaris FDA, Dr Robert Califf.

Hampir semua vaksin lain yang bisa dapatkan saat ini disuntikkan ke dalam otot atau ke lapisan lemak tepat di atas otot, dalam injeksi subkutan. Suntikan intradermal jauh lebih jarang, dan memerlukan sudut pendekatan dan teknik yang berbeda.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Dr Rochelle Walensky mengatakan beberapa penyedia layanan kesehatan mungkin tidak begitu akrab dengan jenis suntikan ini. Suntikannya masuk ke lapisan kulit tepat di bawah lapisan atas, tak sama dengan suntikan ke lapisan lemak di bawah kulit, seperti pemberian Jynneos selama ini.

"CDC akan mengadakan pelatihan dan webinar untuk penyedia yang tidak terbiasa dengan teknik ini," ujar Walensky.

Califf mengatakan orang-orang yang mendapatkan suntikan intradermal alias injeksi dangkal biasanya melaporkan lebih banyak efek samping jangka pendek di area suntikan, seperti kemerahan, gatal, dan pembengkakan. Tetapi, itu dapat diatasi.

Califf mengatakan, dia yakin bahwa pemberian suntikan ke epidermis akan memicu respons kekebalan yang kuat terhadap cacar monyet. Profesional kesehatan di seluruh negeri mampu melakukan ini, karena tekniknya hampir identik dengan tes mantoux untuk tuberkulosis.

Namun, mereka memiliki sedikit bukti yang menunjukkan apakah ini berhasil. Dr Kavita Patel, seorang dokter perawatan primer, mengatakan di Twitter bahwa menyuntikkan secara intradermal mungkin memicu respons kekebalan yang lebih efisien.

Ini adalah strategi yang sudah digunakan untuk beberapa vaksin rabies dan tuberkulosis. Akan tetapi, itu juga mungkin dapat mengakibatkan vaksinnya kurang efektif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler