Taiwan Adakan Latihan Militer Setelah China Mengulangi Ancaman
Militer Taiwan kembali mengadakan latihan tembak-menembak pada Kamis (11/8/2022)
REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Militer Taiwan kembali mengadakan latihan tembak-menembak pada Kamis (11/8/2022) setelah Beijing mengakhiri latihan militer terbesarnya di sekitar pulau itu. Juru bicara Korps Angkatan Darat Kedelapan Taiwan, Lou Woei-jye, mengatakan pasukannya menembakkan howitzer dan target suar sebagai bagian dari latihan pertahanan pada Kamis pagi.
Latihan yang berlangsung di wilayah paling selatan Taiwan, Pingtung, dimulai pada pukul 08.30 waktu setempat dan berlangsung sekitar satu jam. Sederetan artileri berbaris berdampingan. Sementara tentara bersenjata menembakkan howitzer ke laut satu per satu. Taiwan mengadakan latihan serupa pada Selasa (8/8/2022) di Pingtung. Kedua latihan tersebut melibatkan ratusan tentara.
"Kami memiliki dua tujuan untuk latihan tersebut, yang pertama adalah untuk mengesahkan kondisi artileri yang tepat dan kondisi perawatannya. Kedua adalah untuk mengonfirmasi hasil tahun lalu,” kata Lou dilansir Al Arabiya.
Latihan terbaru itu dilakukan setelah militer China mengindikasikan bahwa latihan militer mereka telah berakhir pada Rabu (10/8/2022). China mengatakan, pasukannya berhasil menyelesaikan berbagai tugas di Selat Taiwan. Namun dalam pengumuman yang sama, China menyebut mereka akan terus melakukan pelatihan militer dan mempersiapkan perang.
"Kami siap untuk menciptakan ruang yang luas untuk reunifikasi damai, tetapi kami tidak akan meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis dalam bentuk apa pun,” kata pernyataan China.
Taiwan secara rutin menggelar latihan militer yang mensimulasikan pertahanan terhadap invasi China. Bulan lalu Taiwan mempraktekkan serangan balasan dari laut dalam “operasi intersepsi bersama” sebagai bagian dari latihan tahunan terbesarnya.
Taiwan berpisah dengan China daratan di tengah perang saudara pada 1949. Taiwan menentang penyatuan politik dengan China dan lebih memilih untuk mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dan status quo kemerdekaan de-facto.
Di luar risiko geopolitik, krisis yang berkepanjangan di Selat Taiwan dapat memiliki implikasi besar bagi rantai pasokan internasional. Taiwan adalah penyedia chip komputer yang penting bagi ekonomi global, termasuk sektor teknologi tinggi China.
Taiwan telah menempatkan pasukannya dalam kondiai siaga. Namun sejauh ini, Taiwan menahan diri dan tidak mengambil tindakan pencegahan aktif.