Sekjen PBB Desak Usaha Lebih Keras Bagi Akses ke Gandum Ukraina
Sekjen PBB berharap negara negara berkembang bisa mendapat gandum asal Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan akses dunia ke produk makanan Ukraina dan produk makanan dan pupuk Rusia. Setelah kesepakatan ekspor yang dimoderasi PBB.
Dalam konferensi pers di pelabuhan Laut Hitam Ukraina di Odesa, Guterres mengatakan negara-negara berkembang membutuhkan bantuan membeli gandum Ukraina. Ia menyerukan akses tanpa hambatan ke pasar global pada makanan dan pupuk Rusia yang tidak dikenakan sanksi.
"Ini adalah kesepakatan antara dua pihak yang berada di dalam konflik. Di skala dan lingkup yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi masih ada jalan panjang di banyak bidang," katanya, Jumat (19/8).
"Sudah waktunya untuk memberikan dukungan masif dan murah hati sehingga negara-negara berkembang dapat membeli makanan dari pelabuhan ini dan lainnya - dan orang-orang dapat membelinya," katanya.
Pekan lalu Kementerian Pertahanan Turki mengatakan dua kapal gandum berangkat dari pelabuhan Laut Hitam, Ukraina. Pengiriman itu bagian dari kesepakatan untuk menghentikan blokade ekspor jalur laut Ukraina.
Pada Senin (8/8) Sacura yang berangkat dari Yuzni membawa 11 ribu ton kedelai ke Italia. Sementara Arizona yang berangkat dari Chernomorsk membawa 48.458 ton jagung ke Iskenderun di Turki selatan.
Ukraina pemasok utama gandum, barley, jagung, dan minyak bunga matahari ke negara-negara berkembang. Tapi hanya mewakili 10 persen dari perdagangan gandum internasional.
Masyarakat termiskin di dunia yang bergantung pada gandum Ukraina yang didistribusikan melalui badan-badan PBB seperti Program Pangan Dunia (WFP) akan dapat mengaksesnya dalam waktu dekat. Sebelum perang, setengah dari gandum yang dibeli WFP didistribusikan ke negara miskin berasal dari Ukraina.
Sebelumnya juga dilaporkan kapal Razoni yang membawa lebih dari 26.000 ton jagung untuk pakan ayam dari Odesa, Ukraina tiba di pelabuhan Tripoli, Lebanon. Lebanon memiliki tingkat inflasi makanan tertinggi di dunia dengan 122 persen. Hampir semua gandum di negara itu dikirimkan dari pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam.