China Rekayasa Awan untuk Turunkan Hujan demi Selamatkan Panen
Musim panas terpanas dan terkering membuat tanaman layu dan membuat waduk kering.
REPUBLIKA.CO.ID, CHONGQING -- Pemerintah China mengatakan, akan mencoba melindungi panen biji-bijian dari kekeringan yang mencapai rekor. Satu cara yang akan ditempuh dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan hujan.
Musim panas terpanas dan terkering sejak pemerintah mulai mencatat curah hujan dan suhu 61 tahun yang lalu telah membuat tanaman layu dan membuat waduk setengah dari tingkat air normalnya. Menurut surat kabar Global Times Menteri Pertanian Tang Renjian mengatakan, 10 hari mendatang adalah periode kunci ketahanan terhadap kerusakan untuk tanaman padi China selatan.
Tang menyatakan, pihak berwenang akan mengambil langkah darurat untuk memastikan panen biji-bijian musim gugur tidak terganggu. Panen tersebut merupakan 75 persen dari total tahunan China.
Menurut keterangan Kementerian Pertanian di situs web, pihak berwenang akan mencoba meningkatkan hujan dengan menaburkan bahan kimia ke awan. Selain itu, akan ada menyemprot tanaman dengan agen penahan air untuk membatasi penguapan.
Panen biji-bijian China yang berskala lebih kecil akan memiliki dampak global yang potensial. Ini akan meningkatkan permintaan impor, menambah tekanan inflasi di Amerika Serikat dan Eropa yang mencapai level tertinggi selama beberapa dekade.
Pemerintah Sichuan dan provinsi tetangga Hubei mengatakan, ribuan hektare tanaman hilang total dan jutaan telah rusak. Pemerintah Hubei mengumumkan keadaan darurat kekeringan pada Sabtu (20/8/2022) dan akan mengeluarkan bantuan bencana. Pemerintah Sichuan mengatakan 819 ribu orang menghadapi kekurangan air minum.
Sichuan paling parah dilanda kekeringan karena mendapatkan 80 persen listriknya dari bendungan pembangkit listrik tenaga air. Pemerintah provinsi mengatakan, waduk berada di setengah dari tingkat air normal. Sebelumnya meminta produsen untuk meninggalkan kekuasaan untuk rakyat.
Kantor dan pusat perbelanjaan di Sichuan diperintahkan untuk mematikan lampu dan AC. Kereta bawah tanah di ibu kota provinsi Chengdu mengatakan, telah mematikan ribuan lampu di stasiun.
Sementara itu, daerah lain dilanda banjir bandang yang mematikan. Banjir di provinsi barat laut Qinghai menewaskan sedikitnya 26 orang dan menyebabkan lima orang hilang pada Ahad (21/8/2022).
Tanah longsor dan sungai yang meluap melanda enam desa di daerah Datong pada pekan lalu. Sekitar 1.500 orang dipaksa evakuasi dari rumah mereka.