Film Horor Indonesia Dinilai Merupakan Pantulan dari Realitas

Sebuah film dinilai juga merupakan pantulan dari realitas, termasuk film horor.

Novrian Arbi/Antara
Pengunjung melakukan swafoto di depan rumah tua yang merupakan lokasi syuting Film Pengabdi Setan di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Rep: Santi Sopia Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah film dinilai tidak hanya bisa dikatakan memiliki efek semata, karena film adalah pantulan dari realitas. Film mungkin bukan menghadirkan objektivitas yang sebenarnya, tapi sedikitnya bisa membantu penonton membaca realitas masyarakat yang ada.

Baca Juga


“Sebagai contoh film Amerika tahun 50an sampai 80-an sangat rasis, misalnya Gods Must Be Crazy, karena film itu bisa jadi petunjuk bagaimana masyarakat bekerja, film saat itu disukai oleh orang-orang rasis,” kata Dosen Budaya Populer Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran, Justito Adiprasetio.

Dalam konteks film horor Indonesia, Justito juga menilai itu merupakan pantulan realitas, di mana teror, horor, mewakili kolom komentar ibu atau perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa perempuan itu menakutkan.

Padahal, menurut Justito, jika dilihat kembali realitas di masyarakat, justru tak jarang kekerasan datang dari pihak laki-laki. Dalam konteks keseharian masyarakat, misalnya di Pantura, pesisir pantai, banyak situasi di mana yang sering melakukan kekerasan itu laki-laki.

“Laki-laki tidak bertanggung jawab, hal-hal semacam itu tidak ditampilkan, ini kemudian jadi masalah bagaimana mengekspos sosok ibu jumlahnya semakin banyak, ibu sebagai fondasi teror bagaimana terjadi penguatan,” lanjut penulis “Memaksa Ibu Jadi Hantu”.

Justito menambahkan bahwa pada akhirnya horor memang selalu ideologis. Jadi, ketakutan merupakan representasi bagaimana ideologi itu bekerja.

Karena ketakutan itu wujud mekanisme pertahanan, di mana ketika takut atas sesuatu yang sifatnya metafisis, tidak bisa dibuktikan ada tidak adanya ketakutan itu. Kemudian harus diajarkan film memaksa kita mempelajari bahwa ibu itu wajar menghantui kita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler