Mengingat Kematian, Cara Mengingat Allah SWT dan Kehidupan Setelahnya
Dianjurkan kepada setiap Muslim mengingat kematian.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anjuran mengingat kematian merupakan hal yang kerap disampaikan kepada manusia, khususnya umat Muslimin. Hal ini tentu relevan, mengingat bahwa tidak ada makhluk hidup yang kekal di dunia ini.
Rasulullah SAW pun pernah bersabda, "Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut." Salah satu makna dari mengingat kematian ini adalah menyiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelahnya.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi, menyampaikan ingat pada kematian sangat penting bagi manusia agar tidak sombong dalam menjalani kehidupan duniawi. Jika manusia tidak mengingat mati, maka seolah-olah segala daya dan upaya yang dilakukan hanya untuk memuaskan kehidupan dunia saja.
"Karena dia tidak ingat akan mati, dia berarti tidak ingat kepada tuhannya. Sudah tentu, orang ini tidak akan mempersiapkan apa-apa yang dibutuhkan setelah kematian dan kehidupan setelah mati," ujar dia saat dihubungi Republika, Rabu (17/8/2022).
Sementara, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, setelah manusia meninggal dunia tidak akan ada satu hal pun yang dibawa kecuali amal perbuatan selama hidup. Semua akan ditinggalkan di dunia, baik keluarga maupun harta benda, sementara yang akan menemani adalah amal sholeh.
Rasulullah SAW pun menyebut, bagi orang yang mengingat mati, jika ia berada dalam kesempitan akan menumbuhkan optimisme. Dan ketika seseorang dalam keluasan, ia pun dapat megendalikan diri karena mengingat kehidupan akhirat.
Kiai Zubaidi menyebut kehidupan dunia adalah ujian bagi umat manusia, sebagaimana yang disampaikan Allah SWT, bahwa Ia lah yang menciptakan mati dan hidup sebagai ujian.
"Dalam mengingat kematian, tentu dengan iman kepada hari akhirat. Manusia pada akhirnya akan mati. Dan bukan hanya manusia, tapi juga alam semesta akan hancur di hari kiamat nanti," lanjutnya.
Selain itu, cara lain yang bisa dilakukan adalah melakukan ziarah makam. Ziarah ini tidak terbatas hanya kepada sanak keluarga atau leluhur, tapi bisa juga ke makam sosok-sosok penting, seperti pemuka agama. Dengan melakukan ziarah ke makam atau melakukan takziyah, ia menyebut hal ini bisa mengingatkan bahwa kematian pasti datang dan ada.
Meski Islam dan Rasulullah SAW menganjurkan untuk terus mengingat kematian, Kiai Zubaidi menyebut hal ini tidak lantas untuk menakut-nakuti. Hal ini bisa disikapi dengan mengingat bahwa semua yang ada di dunia adalah titipan dari Allah SWT, yang mana semuanya bisa diambil sewaktu-waktu.
Ketakutan akan kematian ini juga tidak perlu disikapi dengan sikap kontra produktif atau berputus asa dalam hidup. Sebaliknya, hal ini seharusnya menjadi pemicu agar lebih rajin dalam bekerja dan beribadah, untuk mempersiapkan bekal di akhirat.
Di sisi lain, Pakar Tasawuf Ustaz Azka Fuady menyampaikan mengingat kematian berarti mengingat kepada Allah SWT. Berkaca pada apa yang dialami Imam al-Ghazali, ia mencontoh apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan mengingat Allah SWT di segala perilakunya.
"Kalau berkaca pada pengalaman Imam al-Ghazali, yang memilih menyendiri setelah menjadi pemimpin Madrasah Nizhamiyah selama dua atau tiga tahun, lalu menulis buku Ihya Ulumuddin dan ringkasannya berjudul Bidayatul Hidayah. Di dalamnya beliau mengajarkan bangun tidur sampai tidur harus karena Allah SWT," ucap dia.
Sebagai makhluk hidup yang matrealis, Ustaz Azka menyebut tidak apa jika terkadang lupa akan hal tersebut dan 'melenceng' sedikit. Namun, ketika sudah ingat akan Allah SWT, maka hal ini baiknya dipertahankan. Ia juga menyebut Allah SWT menjadikan kematian sebagai salah satu cara agar umat Muslimin mengingat-Nya.
Ustazah Qotrunnada Syathiry Ahmad juga membagikan cara bagaimana agar Muslim bisa mengingat kematian. Selain berziarah kubur, hal lain yang bisa dilakukan adalah menjenguk kerabat atau keluarga yang sedang sakit. Ketika mengetahui ada saudara atau kenalan yang dalam kondisi sakit, bahkan parah atau menjelang sakaratul maut, hal ini bisa mengingatkan akan kematian yang terjadi kepada siapa saja.
"Sebetulnya kita punya satu pengingat kematian, pengingat kepada Allah SWT, yang bisa dilakukan sehari-hari tidak peduli seberapa sibuk, yaitu shalat lima waktu. Di tengah kesibukan kita, yang tidak mudah untuk ziarah kubur atau menjenguk orang sakit, yang bisa kita lakukan hari-hari adalah shalat," katanya.
Momen ketika seorang Muslim melaksanakan shalat adalah saat dimana ia mengingat Allah SWT dan waktu berdua dengan Sang Pencipta. Ustazah Qatrunnada pun mengimbau agar waktu shalat hendaknya dinikmati dan diresapi, sebagai tempat untuk kembali kepada Allah dan menghilangkan keduniawian.
Ia juga menyebut ibadah shalat sebisa mungkin tidak diabaikan, mengingat hal tersebut adalah salah satu bentuk hubungan antara hamba dengan Yang Maha Esa. Sebisa mungkin ketika adzan berkumandang, segera manfaatkan waktu yang ada untuk menghadap Allah SWT.
Cara lain untuk mengingat kematian dan mengingat Allah SWT menurutnya adalah dengan mengikuti kajian atau majelis ilmu. Dalam kegiatan ini, umat Muslim akan diingatkan tentang kesiapan menuju kematian, menuju hari akhir.