Korban Tewas Akibat Banjir di Afghanistan Lebih dari 180 Orang

Taliban meminta bantuan internasional untuk atasi banjir Afghanistan.

AP/Shafiullah Zwak
Orang-orang mengumpulkan barang-barang mereka dari rumah mereka yang rusak setelah banjir besar di distrik Khushi provinsi Logar selatan Kabul, Afghanistan, Ahad, 21 Agustus 2022. Korban Tewas Akibat Banjir di Afghanistan Lebih dari 180 Orang
Rep: Lintar Satria Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mengatakan banjir di Afghanistan menewaskan lebih dari 180 orang. Kelompok yang kini menguasai Afghanistan itu meminta bantuan internasional.

Baca Juga


Banjir beberapa pekan terakhir menimbulkan kerusakan parah di provinsi-provinsi Afghanistan tengah dan timur. Air menenggelamkan ribuan rumah dan memperburuk krisis ekonomi dan kemanusiaan di negara itu.

"Emirat Islam Afghanistan tidak dapat menanggulangi banjir sendirian, kami meminta dunia, organisasi internasional dan negara-negara Islam untuk membantu kami," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers, Jumat (26/8/2022).

Mujahid mengatakan sudah 182 orang tewas dan 250 orang terluka akibat banjir pada bulan ini. Lebih dari 3.100 rumah hancur total dan ribuan ternak mati.

Tahun ini Afghanistan dilanda bencana alam terus-menerus, termasuk banjir dan gempa bumi yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada Juni. Akses negara itu ke sistem keuangan internasional terputus sejak Taliban berkuasa satu tahun yang lalu.

Di distrik Khoshi, Provinsi Logar, pekerja sosial menggambarkan kerusakan yang ditimbulkan banjir kuat beberapa hari terakhir. Sawah-sawah tertutupi lumpur dan bangkai hewan ternak di mana-mana.

Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan sekitar 20 ribu orang di distrik itu terdampak banjir. Sebanyak 20 orang termasuk enam orang anak-anak, meninggal dunia dan dua orang masih dilaporkan hilang.

"Masyarakat kehilangan segalanya, mereka kehilangan semuanya dalam satu malam," kata Kepala Pusat Regional UNICEF Afghanistan Anne Kindrachuk usai mengunjungi lokasi yang terdampak banjir.

"Terdapat tiga komunitas tenda atau kemah tapi (masyarakat) tidak yakin apa yang terjadi berikutnya, bagaimana mereka makan di musim dingin karena mata pencaharian mereka musnah," katanya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler