Dua Kapal Perang Angkatan Laut AS Beroperasi di Selat Taiwan
Dua kapal perang Angkatan Laut AS sedang berlayar melalui Selat Taiwan
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tiga pejabat Washington mengatakan kepada Reuters, dua kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) sedang berlayar melalui perairan internasional di Selat Taiwan. Operasi ini adalah yang pertama sejak meningkatnya ketegangan antara AS dengan China atas kunjungan Ketua House of Representative, Nancy Pelosi ke Taiwan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang AS, termasuk kapal-kapal dari negara sekutu seperti Inggris dan Kanada, secara rutin berlayar melalui Selat Taiwan. Langkah ini memicu kemarahan Beijing. China meluncurkan latihan militer di dekat Taiwan setelah kunjungan Pelosi pada awal Agustus. Sejak itu, latihan militer China terus berlanjut. China menilai kunjungan Pelosi sebagai upaya AS untuk ikut campur dalam urusan dalam negerinya.
Para pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, pada Sabtu (27/8/2022) mengatakan, kapal penjelajah Angkatan Laut AS Chancellorsville dan Antietam sedang melakukan operasi yang masih berlangsung. Operasi semacam itu biasanya memakan waktu antara delapan hingga 12 jam dan diawasi secara ketat oleh militer China.
Selat Taiwan sering menjadi sumber ketegangan militer perang saudara dengan pemerintahan komunis pada 1949. Ketika itu, pihak pemerintah China demokratis yang kalah perang melarikan diri ke Taiwan. Kemudian pemerintahan komunis mendirikan Republik Rakyat China. China mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai bagian dari wilayahnya sesuai kebijakan "Satu China". Sementara Taiwan menolak menjadi bagian dari pemerintahan komunis China.
Sejak kunjungan Pelosi, sejumlah parlemen AS lainnya juga mengunjungi Taiwan. Senator Marsha Blackburn, seorang anggota parlemen AS di Komite Perdagangan dan Angkatan Bersenjata Senat, tiba di Taiwan pada Kamis (25/8/2022). Washington menentang tekanan dari Beijing untuk menghentikan perjalanan para pejabat AS ke Taipei.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berusaha untuk menjaga ketegangan antara Washington dan Beijing, agar tidak memanas menjadi konflik. Washington menegaskan kembali bahwa perjalanan anggota kongres AS ke Taiwan sudah menjadi rutinitas.
Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana kepada Taiwan untuk mempertahankan diri. Pemerintah Taiwan mengatakan, Republik Rakyat China tidak pernah memerintah pulau itu dan tidak memiliki hak untuk mengklaimnya. Taiwan mengatakan, masa depan mereka berada di tangan 23 juta penduduknya.