Sinergi Antar Elemen Perkuat Pemulihan Ekonomi Inklusif
Penting untuk menjadikan pesantren sebagai ekosistem yang mandiri dan sejahtera.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebagai puncak Festival Syekaten 2022, Bank Indonesia Solo dan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN) Solo Raya menyelenggarakan kegiatan Solo Bershalawat dan Tasyakur Kemerdekaan. Acara tersebut berlangsung di Benteng Vastenburg, Senin (29/82022) malam.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko Prastowo mengatakan, syiar ini sebagai upaya untuk mendorong optimisme akselerasi pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya. Ia juga mengatakan selaras dengan tema peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
“Kegiatan ini sebagai bentuk persembahan rasa syukur atas anugerah kemerdekaan dan pencapaian hasil pembangunan selama 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Solo Bershalawat bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf,” terangnya.
Joko mengatakan untuk meningkatkan peran dan kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional di daerah, diperlukan sinergi berbagai pihak. Baik pemerintah daerah, otoritas terkait, praktisi, akademisi, maupun masyarakat secara luas.
“Harapan ke depan, dengan hadirnya tokoh berbagai elemen dalam kegiatan ini, stakeholder EKSyar dapat lebih mempererat sinergi dan kolaborasi, sehingga periode pemulihan serta akselerasi pada tahap selanjutnya akan berjalan semakin efisien dan efektif,” kata dia.
Sekaligus pengukuhan Pengurus HEBITREN Solo Raya yang telah terbentuk pada 2021 oleh Ketua DPP HEBITREN, KH M Hasib Wahab Chasbullah. Joko berharap HEBITREN Solo Raya semakin memantapkan langkah dan program kerja untuk mendorong ekosistem Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) di Solo Raya.
“Melalui program kemandirian ekonomi pesantren dan pengembangan santripreneur. Program ini untuk membumikan bahwa pesantren bukan lagi tempat hanya untuk mengaji fikih saja, hal tersebut penting untuk menjadikan pesantren sebagai ekosistem yang mandiri dan sejahtera sehingga dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.
Senanda dengan hal tersebut, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mengatakan, orang pondok itu tidak hanya belajar fikih saja tapi juga belajar sugih (kaya). Oleh karena itu, kalau ilmu agamanya kuat ditambah kaya itu menyenangkan.
“Kalau ilmu agamanya kuat ditambah kaya itu menyenangkan. Sedangkan kalau ilmu agamanya kuat tapi tidak terlalu kaya itu kurang menyenangkan. jadi jangan dianggap orang pondok itu fakir semua,” tegasnya.