Rusia Mulai Tinggalkan Dolar AS, Menuju Yuan dan Mata Uang Lain
Rusia mencari mata uang yang 'bersahabat' untuk memperlambat lonjakan mata uang rubel
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia sedang mempertimbangkan rencana untuk bertransaksi dalam mata uang yuan China dan mata uang lain senilai 70 miliar dolar AS. Bloomberg News melaporkan pada Kamis (1/9/2022), Rusia mencari mata uang yang 'bersahabat' untuk memperlambat lonjakan mata uang rubel Rusia.
"Dalam situasi baru, mengumpulkan cadangan devisa cair untuk krisis di masa depan sangat sulit dan tidak bijaksana," kata teks proposal yang disiapkan untuk pertemuan pemerintah Rusia dan pejabat bank sentral, Bloomberg melaporkan, dilansir di Reuters.
Bloomberg News mengutip orang-orang yang mengetahui pertimbangan tersebut. Aksi ini akan mengurangi penggunaan mata uang dolar AS. Bank sentral Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Dilansir Bloomberg, langkah ini mendapat dukungan dari pejabat Bank Sentral, termasuk Gubernur Elvira Nabiullina pada 30 Agustus lalu. Ini akan mengubah kebijakan ekonomi yang sudah berlangsung selama satu dekade terkait simpanan dalam dolar AS dan euro, merespons sejumlah sanksi dari negara barat.
Yuan sendiri terpantau menguat melawan dolar setelah informasi ini. Lira Turkiye naik satu persen dan India juga menguat. Menurut Bloomberg, simpanan yuan di Rusia akan meningkat pada 2022, dengan estimasi di awal tahun mencapai 150 miliar dolar AS, naik dari sekitar 75 miliar dolar pada akhir 2020.