Daendels Bangun Pemerintahan Modern, Raffles Hapus Perbudakan di Batavia
Daendels membangun Batavia menjadi kota modern, sementara Raffles datang menjajah dengan lebih humanis.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Setelah berkuasa sejak 1619, Herman Willem Daendels diangkat oleh Lodewijk Bonaparte (adik Kaisar Napoleon) menjadi gubernur jenderal. Sejak 1795 sampai 1813 nasib Belanda terkait dengan Prancis yang revolusioner dan imperial dengan revolusi Julinya. Saat penggabungan negara itu dalam kekaisaran Prancis, Daendels memindahkan bangunan-bangunan administratif dari kota tua ke Weltevreden yang dikatakan udaranya sama bersihnya dengan Prancis.
Daendels juga belajar dari Napoleon akan pentingnya strategi menjalankan komunikasi dengan baik, terutama untuk pembuatan jalan-jalan baru dari Anyer ke Panarukan sepanjang 1.000 km yang hingga kini masih kita nikmati. Sayangnya, jalan yang dibangun dengan kerja paksa dan mengorbankan banyak rakyat itu, kini rusak dan berlubang-lubang.
BACA JUGA: Ferdy Sambo Terancam Hukuman Mati, Teringat Hukuman Mati di Batavia: Dari Digantung Hingga Dipancung
Bernard Darleans dalam buku Orang Indonesia dan Orang Prancis dari abad XVI sampai XX ditulis bagi penduduk Jabodetabek masa kini, akan sangat sulit membayagkan kota Batavia yang santai pada akhir abad XIX. Sebagian besar bangunan pada abad itu telah diratakan dengan tanah. Taman-taman indah yang mengelilingi vila-vila yang memberi warna Eropa telah menghilang.
Pada zaman itu, menurut Darleans, hampir tak ada mobil dan tentu saja tak ada kemacetan, polusi, pedagang kaki lima dan jalur cepat. Yang ada hanya beberapa sado yang ditarik kuda, yang memecahkan kesunyian jalan raya yang tidak diaspal dan diteduhi pohon-pohon rindang.
BACA JUGA: Banjir Darah di Batavia Usai Tentara VOC Bantai 10 Ribu Orang China dari Balita Hingga Manula
Perbatasan selatan kota, saat itu, tidak melebihi Kebon Sirih. Lapangan Monas yang diciptakan Daendels sebagai lapangan terbesar di dunia dijuluki Champs deMars. Orang-orang Prancis tinggal di daerah elit Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Riswijk (Jl Veteran).
Pada 1811-1816 Jakarta mengalami masa pendudukan Inggris setelah terlebih dulu datang dari Malaka dan menyerang kota Batavia (1811). Letnan Gubernur Sir Stamford Raffles (17812-1826) menyelesaikan pembangunan Gedung Harmoni yang sebelumnya dibangun oleh Daendels.
Raffles adalah seorang pejabat gubernur Inggris yang berpandangan jauh ke depan dan bersikap humanistik. Ia merombak pemerintahan yang korup serta tidak efisien.
BACA JUGA: Sejarah Pembentukan Polwan (Polisi Wanita) yang Hari Ini Berusia 74 Tahun: Ini Enam Polwan Pertama
Raffleslah yang menghapuskan perbudakan dan perdagangan budak. Ia meringankan beban pajak yang dipikul kaum pribumi, memajukan budaya dan ilmu.
Dia mengarang buku yang termashur History of Java (1817) dan mendirikan Singapura sebagai saingan Batavia. Isterinya, Marianne Raffles, meninggal di Jakarta, dan makamnya masih ada di Museum Prasasti Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat. Istrinya, yang pecinta tanaman tropis, dibangunkan tugu peringatan di jalan masuk Kebon Raya Bogor.
BACA JUGA: Tobatnya Nyai Dasimah: Berhenti Jadi Simpanan Pejabat karena Takut Hukum Nikah Beda Agama
Pada masa Raffles terkenal kisah Nyai Dasima dari desa Kuripan, di Ciseeng, Bogor. Nyai bahenol yang menjadi istri tuan Willem, seorang Inggris, itu mati dibunuh oleh Bang Puase — jagoan dari Kwitang, Jakarta Pusat.
Kisah historis itu telah beberapa kali difilmkan dan dibuat sinetron. Pemerintahan Inggris berlangsung sampai 1816 dan digantikan kembali oleh Belanda.
.
TONTON VIDEO PILIHAN: