3 Alasan Mengapa Harga BBM Naik di Tengah Turunnya Harga Minyak Dunia

Pemerintah akhirnya menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Biosolar. Harga Pertamax juga dinaikkan.

Harga BBM Naik
Rep: Jouron Red: Partner
Kenaikan harga BBM.

Pemerintah akhirnya menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Biosolar. Harga Pertamax juga dinaikkan.


Menurut pengamat ekonomi Universitas Surabaya (Ubaya) Wibisono Hardjopranoto, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi ini sudah sangat tepat.

Wibisono beralasan kenaikan harga BBM ini seharusnya sudah dilakukan sejak lama. Dan subsidi energi, kata dia, diberikan kepada mereka yang tepat dan berhak.

Ada tiga alasan mengapa harga BBM subsidi naik di tengah turunnya harga minyak dunia sampai mendekati angka 80 dolar AS per barel.

Pertama, terjadi pembengkakan subsidi BBM dan energi pada APBN 2022.

Asumsi APBN terhadap harga minyak mentah dunia sebesar 63 dolar AS per barel, sekarang sudah mencapai rata rata 105 dolar AS per barel. Selisih harga ini akan membebani APBN dengan memberikan subsidi yang sangat besar.

Subsidi energi pun membengkak menjadi Rp 502,4 triliun. Presiden Jokowi menyatakan ada lompatan subsidi energi dari Rp 152 triliun menjadi Rp 502 triliun pada akhir Juli 2022 ini.


Jika kuota 23 juta kiloliter (kl) Pertalite habis sebelum akhir 2022, maka kemungkinan ada pembengkakan subsidi hingga Rp 600 triliun.

"Melihat kondisi saat ini, tentu Pemerintah harus melakukan penyesuaian. Jika tidak APBN kita akan tergerus untuk membiayai subsidi," kata Ketua Umum DPD HIPPI Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang, Sabtu (3/9/2022).

Menurut dia, pelaku usaha sangat memahami dan mengerti kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM yang selama ini disubsidi. Besaran angka kenaikan BBM ini pun masih di angka yang moderat.

Pembengkakan beban subsidi ini membebani anggaran belanja negara. Defisit APBN bisa naik dan dampaknya cukup serius untuk sektor-sektor lain.

Kedua, harga BBM di Indonesia dianggap berada di bawah nilai keekonomiannya.

Boleh dikatakan, harga BBM di Indonesia termasuk yang paling murah di Asia. Di bawah Indonesia memang ada Malaysia yang harga BBMnya relatif lebih rendah karena adanya perbedaan nilai subsidi.

Harga BBM tertinggi ada di Hong Kong dengam Rp 36.176 per liter. Lainnya, di Finlandia Rp 34.741 per liter, Jerman Rp 34.454 per liter, Italia Rp 34.510 per liter, Norwegia Rp 33.162 per liter, Belanda Rp 33.018 per liter, Yunani Rp 32.733 per liter, dan Portugal Rp 31.728 per liter.


Jadi, harga Pertamax misalnya sekitar Rp 12 ribuan, namun harga keekonomiannya masih di atas itu. Apalagi Pertalite. Harga keekonomiannya masih jauh di atas harga jual sekarang.

Menurut Pertamina, setiap 1 liter Biosolar yang dibeli masyarakat, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 7.800. Nilai subsidi ini 150 persen atau 1,5 kali lebih tinggi dari harga yang dijual ke masyarakat sebesar Rp 5.150.

Pada setiap 1 liter Pertalite, pemerintah memberikan subsidi Rp 4.000 sampai Rp 4.500 per liter. Nilai subsidi ini juga lebih dari 50 persen atau setengah dari harga jual ke masyarakat yang sebesar Rp 7.650.

Tentu, isu kenaikan harga BBM ini menimbulkan pro kontra di masyarakat. Ada yang setuju, ada yang kontra. Beban hidup makin tinggi menjadi salah satu alasan utama penolakan atas isu kenaikan harga BBM ini.

Ketiga, 70 persen BBM subsidi justru dinikmati kalangan mampu seperti pemilik mobil pribadi.

Presiden Jokowi menyebut lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati golongan masyarakat yang mampu.

"Mestinya uang negara harus di prioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu dan saat ini pemerintah harus membuat keputusan dalam situasi yang sulit pemerintah yaitu mengalihkan subsidi bbm," tegas Jokowi.

Ekonom Wibisono menyatakan saat ini memang banyak ditemukan kendaraan mewah yang antre membeli BBM bersubsidi di SPBU. "Jelas ini tidak tepat sasaran," kata dia.

sumber : https://jouron.republika.co.id/posts/175185/3-alasan-mengapa-harga-bbm-naik-di-tengah-turunnya-harga-minyak-dunia
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler